filadelfia
Jumat, 08 Mei 2015
Palayanan vs Kekayaan
Pelayanan "alat" untuk memperoleh kekayaan atau Kekayaan "alat" untuk pelayanan
Selasa, 05 Mei 2015
Kuasa Terselubung Dari Pelecehan Spiritual
RESENSI BUKU
JUDUL BUKU :
Kuasa Terselubung Dari Pelecehan Spiritual
Penulis :
David Johnson dan Jeff Van Vonderen
Penerbit :
Nafiri Gabriel, Jakarta
Tahun Terbit :
2000
Jumlah Halaman :
357 Halaman
Warna Cover :
RINGKASAN
Pelecehan bukan hanya berlaku di luar gereja,
pada kenyataanya pelecehan juga terdapat dalam gereja, yang sifatnya
terselubung dan jarang muncul kepermukaan bahkan ada banyak orang yang tidak
sadar tentang adanya pelecehan dalam gereja. Pelecehan bukan lagi istilah yang
hanya berlaku bagi dunia di luar gereja.
Dalam buku ini penulis menjelaskan bahwa dalam
gereja telah terjadi pelecehan baik itu yang diketahui maupun yang terselubung
dan jarang di bicarakan atau diangkat kepermukaan. Pelecehan bukan hal yang
baru dan menurut penulis yang sering menjadi subjek serta jemaat sebagai objek
dari pelecehan. Penulis mengungkapkan bahwa terkadang para pemimpin
terperangkap sebagai pelaku pelecahan, karena berbagai factor yang biasanya
masalah jabatan, beban agama, citra seorang pemimpin yang harus dipertahankan.
Buku ini dibagi kedalam tiga bagian, bagian pertama menjelaskan tentang
pelecehan dan korban-korbannya, bagian kedua membahas tentang para pemimpin
sebagai pelaku pelecehan dan bagaimana mereka bisa terperangkap. Bagian ketiga
Penyembuhan pasca pelecehan.
Bagian pertama dipaparkan pengertian pelecehan
yaitu perlakuan yang salah terhadap seseorang yang membutuhkan pertolongan,
dukungan atau bantuan spiritual yang lebih besar sehingga menyebabkan
melemahnya, menurun, atau merosotnya kehidupan
spiritual orang tersebut. Pelecehan spiritual bisa terjadi bila seseorang
pemimpin menggunakan posisi spiritualnya
untuk mengendalikan atau
mendominasi orang lain. Pelecehan spiritual juga bisa terjadi bila spiritual
dipakai untuk membuat orang lain hidup menurut suatu standar spiritual. Menurut penulis istilah yang dipakai yaitu
“pelecehan” bukanlah sebuah istilah yang kasar karena menurut pengalamannya
penggunaan “pelecehan” dalam bidang konseling dibenarkan dan istilah ini bukan
untuk mencemarkan nama orang lain. Sebagai sesuatu yang bukan baru lahir,
pelecehan telah mewarnai kisah dalam Perjanjian baru, dengan memakai istilah
Ular beludak (Matius 12:34), Serigala yang buas (Matius 7:15), Legalisme (Gal
6:12-13).
Biasanya
yang menjadi korban pelecehan spiritual adalah orang yang mengembangkan citra
diri yang salah, memiliki masalah berhubungan dengan otoritas spiritual,
memiliki kesulitan mengenai kepercayaan. Dll. Jebakan yang yang sering terjadi
dalam pelecehan adalah, perasaan malu yang mencolok, berfokus pada prestasi,
penyembahan berhala. Sistem yang bersifat melecehkan adalah sikap seorang
pemimpin yang yang berpusat pada
otoritas sendiri dan mengingatkan orang lain tentang hal itu, terikat oleh prestasi,
aturan-aturan yang tidak diucapkan, kurang seimbang.
Dengan jebakan-jebakan tersebut akhirnya tidak
bisa keluar. dalam pelecehan spiritual selalu berhubungan dengan pemakaian
ayat-ayat Alkitab yang tidak pada konteksnya. Menggunakan ayat-ayat Alkitab
untuk dapat mengetahui “tekhnik-tehnik” berbuat benar sehingga berkat Allah
tercurah. Memakai ayat supaya jemaat dapat melakukan sesuatu yang menjadi
keberhasilan secara rohani. Hidup benar dengan Allah bisa dicapai dengan
menjalani Taurat. Allah tidak memberikan hokum taurat sehingga orang bisa
berhubungan dengan Allah berdasarkan tingkah lakunya yang sejalan dengan hokum
taurat.
Menurut buku ini ada tiga alasan mengapa Allah
memberikan Hukum Taurat, pertama: supaya kita dapat melihat bahwa kita telah
berdosa, kedua meyakinkan bahwa kita tidak berdaya dengan usaha-usaha kita
mencapai sasaran, ketiga membawa kita masuk ke dalam hubungan yang berlimpah
kasih karunia dengan Allah atas dasar karya-Nya sendiri melalui Kristus. Hukum taurat adalah penuntun (tutor) kepada
Kristus. Setelah samapi kepada Yesus tidak perlu hokum Taurat.
Bagian kedua para pemimpin yang melakukan
pelecehan spiritual. Banyak pemipin yang legalistic mengendalikan bahkan
melecehkan yang telah kehilangan pandangan, atau tidak pernah mengalami hidup
dalam kasih karunia. Biasanya yang sering menjadi alasan pemimpin adalah kerena
dia seorang pendeta yang diberikan otoritas oleh Allah, sehingga harus
didengarkan serta memiliki kuasa. Penulis memaparkan beberapa hal dengan
memakai kasus yang terjadi dalam gereja yang merupakan tindakan pelecehan
spiritual yamg salah satunya dengan
penggunaan ayat Alkitab yang tidak sesuai dengan konteksnya untuk dijadikan
sebagai dasar dalam menguatkan suatu kebenaran.
Pelecehan merupakan suatu perangkap dan jarang
orang bisa keluar dari dalamnya, bahkan banyak jemaat yang takut untuk
mengekpos bahwa telah terjadi pelecahan terhadap dirinya karena berbagai
alasan. Cara-cara pelecehan sampai hari ini tetap sama yaitu: adanya pengabaian
terhadap kebutuhan yang sesungguhnya demi terpenuhinya « kebutuhan »
otoritas, kemudian legalisme menggantikan kelegaan di dalam Allah dengan
tuntutan prestasi spiritual.
Dalam bagian ini meyingkapkan kepada kita
masalah lain dalam menempatkan beban tuntutan yang berat keatas diri
orang-orang yang sedang bergumul dengan cara menyalahgunakan atau melecehkan
ayat-ayat Alkitab, bukannya menggunakan Firman Tuhan sebagai sebilah pedang
untuk menusuk atau membedakan pertimbangan dan pikiran kita, banyak pemimpin
rohani telah menggunakannya sebagai sebuah tongkat untuk mencegah orang lain,
karena berbagai alasan untuk mencegah orang lain menyerahkan tanggung jawab kepada mereka; untuk
membenarkan doktrin yang mendasari seluruh pelayanan; untuk mempertahankan
pemasukan dana; untuk membangun kerajaan-kerajaan religius dengan tujuan
mendukung harga diri spiritual mereka sendiri. Para pemimpin mengukur
kerohanian dengan ketaatannya pada program-program gereja.
Bagian ketiga dari buku menjelaskan bagaimana
melepaskan diri dari perangkap pelecehan spiritual. Ia mengganggap bahwa
system bersifat nelecehkan spiritual
adalah suatu perangkap spiritual, ia menjelaskan bahwa perangkap adalah sesuatu
yang mudah masuk dan sulit keluar, sehingga butuh cara yang tepat untuk bisa
keluar. Respon pertama adalah keluar dan kedua berjuang. Ia memberikan beberapa
cara seperti pembaharuan pikiran, kembali kepada focus yang benar
Para pemimpin tidak lagi memberikan dirinya
untuk kesejahteraan kawanannya, tetapi sebaliknya para pemimpin
memamfaatkan kawanannya untuk
kesehjahteraan dirinya sendiri. Para pemimpin bukanya menggunakan kekuatan,
ototritas dan pengetahuan mereka untuk membangun, melindungi, dan merawat,
tetapi sebaliknya mereka menggunakan kualitas-kualitas itu untuk mengamankan
kekuasaaan, kendali, dan pengukuhan mereka sendiri. Penulis memberi jalan keluar untuk keluar dari
perangkap pelecahan yang sedang terjadi.
TANGGAPAN TERHADAP BUKU
A. Kelebihan
a. Sistematis
Dalam penyajiannya, penulis memaparkan secara
sistematis dengan membagi tulisan ini dalam tiga bagian, yaitu bagian pertam
penulis memaparkan tentan seluk beluk pelecehan spiritual dan korban-korbanya,
bagian kedua penulis memaparkan tentang pelaku pelecehan dan alas an-alasan
terjadi pelecahan, serta dibagian ketiga yaitu bagian akhir ia memaparkan
solusi untuk keluar dari pelecehan Spiritual.
b. Tata Bahasa
Bahasa yang digunakan sederhana dan mudah
dimengerti oleh pembaca, sehingga buku ini dapat dikomsumsi oleh semua
kalangan. Tidak terlalu banyak menggunakan istlah-istilah asing.
c. Penyampaian
Dalam penyajian penulis mengungkapkan dengan
fakta-fakta yang ada, ia memakai kasus-kasus yang sudah terjadi di dalam
gereja. Ia berusaha meyakinkan bahwa masalah ini tidak dapat dibiarkan dengan
penyajikan kasus-kasus yang tidak bisa dianggap sepele dan dapat dihiraukan.
Fakta yang ada membuat buku ini dapat di pertanggungjawabkan dan lebih
meyakinkan pembaca tentang telah terjadinya pelecehan dalam lingkungan gereja.
Kelemahan
Penulis menjelaskan dalam uraiannya bahwa
keselamatan hanya kasih karunia, bukan karena usaha kita, ia menjelaskan
pelecehan terjadi dengan orang menambahkan keselamatan dengan perbuatan baik
yaitu setelah beban dosa disingkirkan demi keselamatan, kemudian kita memikul
muatan perbuatan pribadi untuk penyucian, pelayanan, menerima berkat yang lebih
lanjut (hlm 227).
Menurut pendapat saya pandangannya ini baik di
satu sisi bahwa tidak ada usaha manusia dalam hal keselamatan karena Allah yang
memberikan dengan cuma-cuma dan kita tidak dapat menambah sesuatupun untuk
keselamatan tersebut, tetapi bukan sampai disitu setelah kita selamat bukan
berarti akhir dari segalanya kerena Yesus juga berkata orang yang mngikut Dia
harus memikul salibnya. Dengan pengertian bahwa keselamatan itu sekali untuk
selamanya tetapi dalam keselamatan itu ada proses-proses yang harus kita jalani
yang tujuannya menjadi serupa dengan Kristus, yaitu dengan pengudusan setiap
hari (Luk 14:27).
Penulis berusaha untuk mengungkap
masalah-masalah internal yang terjadi didalam gereja yang pelakunya adalah para
pemimpin rohani. Ia mengungkapkan kisah-kisah dimana telah terjadi pelecehan
yang sering kali terselubung dan jarang ada orang yang mau menungkapkannya,
karena beberapa alasan. Dalam bukunya ini, ia mengekspos kisah-kisah yang
menunjukkan bahwa telah terjadi pelecehan dalam gereja. Ia dengan serius
menyatakan bahwa ini adalah masalah yang besar sulit dideteksi dan di
selesaikan karena ini suatu merupakan sebuah system yang begitu sulit untuk
ditembus dan system ini telah menjadi perangkap dimana orang yang menjadi
pelaku dan korban sulit keluar. Ia mengungkapkan bahwa ada begitu banyak para
pemimpin yang terlibat dalam pelecehan ini baik secara langsung maupun tidak
langsung, baik secara sadar maupun tidak sadar.
Dalam membuktikan tesisnya ia memakai
kasus-kasus yang telah terjadi dan itu baik tetapi tidak semua apa yang
diutarakannya bisa diterima, karena ada sisi negatif dari tulisannya yaitu:
bahwa ia menafsirkan kebebasan, kasih karunia diatas segalanya tanpa dia
melihat adanya tanggung jawab orang percaya dalam kasih karunia dan kebebasan
yang selaras dengan Firman Allah. Pendekatan yang ia lakukan adalah pendekatan
bahwa semua adalah kasih karunia dan seringkali menyampingkan tanggung jawab
manusia sebagai anak Allah, sebagai orang yang harus menghasilkan buah,
menunjukkan buah-biha pertobatan (Lukas 3:8). Ia menekankan masalah hubungan
dengan Tuhan yang berlaku secara pribadi dan tidak bisa diukur, namun
mengesampingkan hal-hal lahiriah dari hubungan tersebut. Karena apa yang ada
dalam hati akan terpancar melalui perbuatan, dan iman tanpa perbuatan pada
hakekatnya mati. Memang disatu sisi ia menentang suatu system yang membuat
orang percaya kembali kedalam hukum taurat, tetapi disisi lain ia meniadakan
sesuatu yang juga penting. Seperti perintah-perintah yang memang dituntut Allah
dari manusia dengan suatu ketaatan mutlak.
Buku ini
juga secara langsung menyerang denominasi yang mengadakan penginjilan untuk
dibawa ke gerejanya. Ia mengkritik bahwa kebanyakan gereja telah ada dalam
system perangkap ini.
Kerajaan Allah
KERAJAAN ALLAH
(Teologi Perjanjian Baru, oleh Donald Guthrie, Buku
II, Hal 22- 46)
Oleh:
Morris Yosafat Hutabarat
I. PENDAHULUAN
Kerajaan Allah merupakan tema yang menjadi motif untuk menetapkan
batasan-batasan serta memberikan pola bagi pesan yang disampaikan oleh
Injil-Injil. Pengajaran tentang Kerajaan Allah merupakan salah satu pokok utama
misi Kristus di Bumi. Tuhan sebagai Raja menunjukkan bahwa Allah mempunyai
kerajaan dimana Ia sebagai raja yang dalam hal ini Ia sebagai yang berkuasa
atas alam semesta. Pada saat Kristus ada dibumi, Ia memandang pekerjaan-Nya sebagai upaya untuk mengungkapkan kehadiran
kerajaan Allah. Untuk menjelaskan tentang kerajaan Allah kita perlu memahami
bagaimana Penulis Alkitab menjelaskannya.
BAB II
ISI
A. Kitab-Kitab Injil Sinoptik
1. Arti
Kerajaan dalam Perjanjian Baru
Kerajaan Allah berasal dari bahasa Yunani “Basileia” yang memiliki
pengertian kerajaan. Namun istilah ini tidak berarti suatu wilayah pemerintahan seorang raja, melainkan perbuatan atau
aktivitas pemerintahan. Kerajaan Allah
merupakan pemerintahan Allah atas ciptaan-Nya, dimana ia menunjukkan kedaulatan
dan kekuasaan-Nya atas segalanya. Markus memperkenalkan dengan kata-kata,
“…memberitakan Kerajaan Allah…waktunya telah genap, Kerajaan Allah sudah dekat”(Mar
1: 14-15). Matius
menjelaskan, “ Yesuspun berkeliling… dan memberitakan Injil Kerajaan Allah”
(Mat 4:23). Pandangan
pendahuluan Lukas tidak menyebutkan Kerajaan Allah tetapi didalamnya ada
kutipan dari Yesaya mengenai kedatangan
Kerajaan dan menghubungkannya dengan penegasan Yesus, “Hari ini genaplah nas
ini sewaktu kamu mendengarnya’ (Luk 4:21).[1]
Basileia juga berarti bukan hanya sekedar pemerintahan melainkan juga merupakan
anugerah keselamatan yang diberikan Allah kepada manusia.
2. Latar
Belakang Orang Yahudi
Dalam Perjanjian Lama gagasan tentang Kerajaan Allah sudah ada, dan
juga masih akan datang. Ladd menjelaskan bahwa ada dua pengharapan dalam
Yudaisme, yang pertama pengharapan nabi yang memperkirakan bahwa kerajaan itu
akan timbul dari sejarah dan akan diperintah oleh seorang keturunan Daud
seperti kerajaan dunia (Yes 9, 11). Dan yang kedua pengharapan apokalitpis
adanya kerajaan Transedental ( Dan. 7). Ada gerakan dalam
Yudaisme yang berkenaan dengan pendirian Kerajaan Allah, yaitu kaum Zelot.
Mereka adalah golongan orang-orang Yahudi Radikal yang tidak sabar menantikan Allah membawa
kerajaanNya, tetapi ingin mempercepat kedatangan-Nya dengan Pedang. Menurut
Yudaisme, kedatangan kerajaan Allah diharapkan merupakan tindakan Allah untuk
mengalahkan musuh-musuh Israel
yang jahat dan mengumpulkan umat Israel dibawah pemerintahaan Allah
sendiri.[2]
3. Bukti
Tentang Kerajaan Masa Kini
Yesus mengawali pelayanan-Nya dengan memberitakan “waktunya telah
genap; Kerajaan Allah sudah dekat.” Pernyataan ini memberi kesan bahwa dengan
kedatangan Yesus akan ada suatu peristiwa penting akan terjadi, ini jelas
membuktikan bahwa pekerjaan Yesus merupakan perwujuban kerajaan itu. Green
mengutip kata-kata Beasley Murray, “waktu yang telah lama dinantikan itu sekarang
telah tiba dan Kerajaan Allah yang akan mencakup seluruh dunia itu telah
memulai perjalanannya.”[3] Lukas menjelaskan kekinian kerajaan Allah
dengan menyatakan bahwa kerajaan Allah ada diantara kamu (Luk 17:2-21). Sifat
Kekinian Kerajaan bukanlah dimaksudkan secara politis, bukanlah sesuatu yang
dapat kelihatan atau adanya wilayah kekuasaan. Matius menghubungkan kerajaan
Allah dengan pengusiran setan-setan dan memandang kuasa atas roh jahat sebagai
bukti bahwa kerajaan Allah sudah datang (Mat 12: 28). Pemberitaan
Yesus adalah bahwa Allah telah datang ke dalam sejarah manusia dan telah
menang atas kejahatan. Kerajaan Allah kini berarti bahwa Allah sedang bekerja
di antara manusia untuk melepaskan mereka dari belenggu Iblis. Allah sedang
bekerja untuk menyerang Iblis.
4. Bukti
Tentang Kerajaan Masa Depan
Injil sinoptik menjelaskan bahwa Kerajaan Allah bukan hanya kini
tetapi juga Kerajaan Allah masa depan. Yesus dalam pengajaran tentang akhir
zaman berhubungan dengan Kerajaan yang akan datang yang bersifat eskatologis. Yesus
memakai kata-kata, “datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu, “Empunya
kerajaan Surga”, “Hari terakhir”, Sebagai Raja dalam Kerajaan-Nya, “Ia datang
dalam kemuliaan Bapa-Nya.” Ini semua menjelaskan bahwa Kerajaan itu bukan hanya
masa kini tetapi juga masa depan, bahkan masa depanlah yang menjadi wujub nyata
dari kerajaan itu. Ladd menjelaskan bahwa, “Kerajaan Allah adalah pemerintahan
rajani Allah yang terdiri dari dua momentum, yaitu penggenapan janji-janji
Perjanjian lama dalam Misi Yesus secara Historis dan konsumasi pada akhir
zaman, penantian yang akan datang.”[4]
Jadi kerajaan Allah di masa depan adalah penggenapan atau keseluruhan
pemerintahan Allah yang berkuasa dan berdaulat atas segalannya. Yesus
menjelaskan Kerajaan eskatologis dengan mewarisi hidup kekal dan masuk kedalam kerajaan Allah di masa yang
akan datang.
5.
Aspek-aspek Kerajaan
a.
Teosentris.
Secara mendasar kerajaan Allah berarti bahwa Allah merupakan
Penggerak dan pendorng utama, Allah yang bertindak dalam sejarah. Ridderbos
menjelaskan bahwa kerajaan Allah semata-mata berasal dari Allah dan merupakan
penyataan Kemuliaan Allah.
b.
Dinamis
Kerajaan Allah adalah sesuatu yang bersifat aktif yang melibatkan
seluruh pelayanan pekerjaan Yesus (Luk 12:18).
Dalam pengertian selalu
mengalami kemenangan dan dapat mengalahkan si jahat.
c. Sifat
Mesianis
Dalam Kerajaan Allah Peran mesianis Yesus selalu terkait dengan
Kerajaan. Sifat mesianis mejelaskan sifat yang supra nasional dari Dia yang
datang, yang bertindak dalam penghakiman dengan kapak dan penampi pada
tangan-Nya. Mesianis menunjukkan Anak Manusia ada datang sebagai Raja dalam
kerajaan-Nya. (Mar 9:1).
d.
Keselamatan
Dengan datangnya kerajaan-Nya, Allah memperlihatkan diri-Nya
sebagai raja yang aktif menjangkau umat-Nya
untuk menyelamatkan dan menjangkau mereka. Kerajaan Allah sebagai wujub dari
keselamatan bagi orang yang meresponi panggilan Allah untuk masuk dalam
kerajaan Allah. Kedatangan Kerajaan Allah adalah membawa keselamatan bagi umat
manusia dan memiliki hidup kekal bersama dengan Allad dalam Kerajan-Nya.
6. Warga
Kerajaan
Yang berhak menjadi warga Kerajaan adalah orang yang menanggapi
panggilan Allah dan orang yang menyerahkan hidupnya kepada Allah. Yesus
menjelasn orang-orang yang berhak menjadi warga Kerajaan dengan Ucapan Bahagia,
seperti seorang anak kecil (Mar 10:13-16), perumpamaan tentang domba
dan kambing (Mat 25-31-46). Jadi yang menjadi warga kerajaan Allah adalah orang
yang menerima kerajaan itu dengan iman dan hidup sebagai warga kerajaan yang baik.
7.
Rahasia Kerajaan
Rahasia atau misteri kerajaan Allah adalah kedatangan kerajaan dalam
sejarah lebih dahulu dari manifestasi apokaluptisnya. Misteri adalah satu
penyingakapan baru atas maksud Allah untuk mengembangan Kerajaan-Nya. Dalam Injil sinoptik rahasia
Kerajaan itu dijelaskan dalam perumpamaan tentang Kerajaan Allah.
1. Empat
macam tanah
Perumpamaan ini mejelaskan bahwa kerajaan Allah telah datang kedalam
dunia, tapi hanya disambut oleh sebagian orang. Kerajaan hanya berhasil
sebagian sesuai dengan tanggapan manusia.
2.
Lalang
Perumpamaan tentang lalang menyatakan pertumbuhan kerajaan yang
pasti. Kerajaan itu itu hidup di masa kini dan bercampur baur dalam suatu
masyarakat yang berdosa. Hanya kedatangan Kerajaan Eskatologislah yang membuat
adanya pemisahan. (Mat 13)
3. Biji
Sesawi. (Matius 13:31)
Dalam perumpamaan ini dijelaskan bahwa Kerajaan digambarkan dengan
benih yang sangat kecil, namun bertumbuh menjadi pohon yang sangat besar, ini
menunjukkan kepastian tentang tentang
kehadiran kerajaan Allah yang sesungguhnya. Kerajaan Allah akan menjadi tempat
perlindungan bagi orang banyak
4. Ragi.
(Matius 13: 33)
Perumpamaan ini menjelaskan bahwa kerajaan itu telah hadir dengan
kuasa tetapi sangat sedikit orang yang menyadari kehadirannya, namun kerajaan
Allah akan memerintah seluruh dunia. Kerajaan Allah akan bekerja secara
tersembunyi sampai menyebar keseluruh masyarakat
B.
Tulisan-tulisan Yohanes
Dalam injil Yohanes hanya dua
perikop yang menyatakan gagasan tentang Kerajaan Allah. Green menjelaskan bahwa
walaupun Kerajaan Allah hanya mencul dua kali dalam Injil Yohanes, fakta ini
tidak boleh kita jadikan alasan untuk beranggapan bahwa konsep ini bukanlah
sesuatu yang penting, sebaliknya Yohanes menggarisbawahi signifikansi dari
kerajaan Allah sejauh yang dilakukan penulis lainnya. Yohanes memakai istilah
pengganti yaitu “Hidup” atau “hidup yang kekal” untuk mengkomunikasikan ide
yang sama.[5]
Yohanes mencoba menjaskan istilah yang berbeda namun memiliki pengertian yang
sama. Hidup kekal merupakan hal yang ada dalam Kerajaan Allah, sehingga
memperoleh hidup kekal berarti masuk kedalam Kerajaan Allah.
C.
Paulus
Kerajaan Allah bukanlah tema utama dalam surat-surat Paulus, tetapi
gagasan ini muncul tiga belas kali dalam surat-suratnya. Paulus lebih mengarah
kepada syarat-syarat yang ditetapkan untuk memasuki kerajaan itu. Karena
menurut dia Yesus telah menjelaskan arti kerajaan Allah, sehingga setiap orang
sudah mengetahuinya. Paulus menggambarkan kerajaan Allah bukanlah hal-hal
lahiriah seperti soal makanan dan minuman (Rom14:17), melainkan damai
sejahtera. Paulus menjelaskan bahwa Kerajaan dirancang bagi orang-orang yang
murni secara moral (I Kor 6:11).
Paulus juga memiliki pemahaman bahwa kerajaan Allah juga menunjuk masa depan (I
Tes 1:5).
D.
Bagian-Bagian Dari Perjanjian Baru
1. Surat Ibrani menghimbau agar pembaca
bersyukur karena mereka telah menerima kerajaan yang tidak tergocangkan. Ini
menyatakan pengalaman masa
kini dan pengharapan masa depan. (Ibr 12:28)
2. Surat Yakobus menyebutkan orang-orang yang
kaya dalam iman yang menjadi ahli waris. (Yak 2:5)
3. II Pet 1:11
memuat tentang hak penuh untuk memasuki kerajaan Kekal.
4. Wahyu memuat banyak mengenai kerajaan.
þ Warga kerajaan, yaitu mereka yang telah dibebaskan dari dosa oleh
darah-Nya.
þ Pemberitaan Tentang Kerajaan Allah yang dinyatakan dengan suatu
suara sorgawi (Wah 12:10)
þ Yerusalem baru sebagai pusat dari Kerajaan dan tahta Allah dan Anak
Domba (Wah 22:1).
þ Tentang pemerintahan yang dipegang oleh Tuhan dan Dia yang
diurapi-Nya (Wah 11:15)
BAB III
KESIMPULAN
Semua penulis dalam Perjanjian Baru sepakat bahwa Kerajaan Allah
bukanlah hal jasmani, tetapi lebih merupakan pemerintahan, kedaulatan dan
kekuasaan Allah atas semuanya. Dan kerajaan Allah bersifat kekinian dan masa
akan datang. Masa kini digenapi seluruhnya di masa akan datang. Kerajaan Allah
sudah datang dan akan datang.
Daftar
Pustaka
Guthrie,
Donald. Teologi Perjanjian Baru, 3 Jilid. Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1995
George
Eldon Ladd, Teologi Perjanjian Baru, 3 Jilis. Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2002
Joel B.
Green, Memahami Injil-Injil dan Kisah Para Rasul. Jakarta : Persekutuan Pembaca Alkaitab, 2005
.
Ringkasa Teologi Perjanjian Baru
Judul :
Teologi Perjanjian Baru 1
Penulis : Donald Guthrie
Penerbit : BPK Gunung Mulia
Tahun : 1995
Bahasan : Kristologi (Hal
243-388)
RINGKASAN
Yesus sebagai Manusia
a.
Injil-Injil Sinoptik
Markus lebih memusatkan perhatian pada Yesus sebagai manusia, dilain
pihak Matius dan Lukas memusatkan perhatian pada permulaan kehidupan Yesus
sebagai manusia, dengan mengikutsertakan
kisah kelahiran Yesus. Ketiga Injil sinoptik mengganggap pembaptisan Yesus
sebagai permulaan pelayanan-Nya dan menggambarkan Yesus dengan latar belakang
kehidupan orang-orang Yahudi, bersama dengan ahli-ahli taurat, orang Farisi,
orang-orang Saduki dan pengikut Herodes.
b. Yohanes
Lebih banyak menekankan tentang Keilahian Yesus, namun kitab ini
juga mendukung kemanusiaan.
c. Kisah
Para Rasul, Dalam kitab ini Yesus disebut Yesus
Kristus, orang Nazaret.
d. Paulus, Ia tidak
memberikan gambaran langsung mengenai pribadi Yesus, namun ia lebih banyak
berbicara tentang sifat-sifat Yesus yang cukup bernilai bagai
e. Surat Ibrani memperkenalkan Yesus sebagai Anak Allah yang ditinggikan, sesudah
itu ia memberikan perincian mengenai keadaan kemanusian-Nya.
f. Kitab
Wahyu berpusat pada Kristus Sorgawi yang telah
bangkit, karena itu hanya ada sedikit penekanan pada kemanusianya.
Yesus Sebagai Manusia yang tidak berdosa
a. Injil
Sinoptik tidak melukiskan ketidakberdosaaan-Nya
secara langsung, namun mempersiapkan kita untuk menerima uraian yang lebih khas
dalam Injil Yohanes dan pernyataan tegas yang pasti dalam surat-surat kiriman.
b. Tulisan-Tulisan
Yohanes menyatakan secara tidak langsung
mengenai ketidak berdosaan dalam Yoh 8:44,
c. Paulus secara jelas menyatakan bahwa Yesus tidak berdosa (II Korintus 5:21).
Mesias
a. Latar
belakang Yahudi dalam hal ini dalam PL banyak
disebutkan tentang masa kemesiasan yang akan datang yang menawarkan masa depan
yang cerah bagi umat Allah.
b.
Kitab-kitab Injil Sinoptik memberikan informasi
mengenai pengharapan umum akan mesias pada waktu itu. Matius melaporkan bahwa
para penasehat berbangsa Yahudi dari Raja Herodes mampu memberitahukan secara
langsung bahwa Mesias akan dilahirkan di Bethelem (Mat 2:3-5). Lukas mencatat
kebingungan orang banyak apakah Yohanes Pembaptis adalah Mesias.
Hamba
a. Latar
Belakang dalam Perjanjian Lama, ungkapan bahasa
Yunani pais theou dapat berarti Anak Allah atau Hamba Allah, dalam kebanyakan
kasus pada masa antara PL dan PB ungkapan tersebut mempunyai arti “Hamba
Allah”. Penggunaan ungkapan ini meneruskan penggunaan kata eved atau eved YHwh
dalam PL, yaitu kata “hamba” dipakai dengan makna religius. Zimmerli
mencatat lima penggunaan PL yang berbeda, yaitu:
v cara orang saleh menyebutkan diri dihadapan Tuhan
v “hamba-hambat Tuhan” yang menunjukkan orang-orang saleh
v eved Yhwh dalam bentuk tunggal sebagai penggambaran Israel
v eved Yhwh sebagai gelar khusus untuk menggambarkan orang-orang yang
dipakai Tuhan secara istimewa.
v Hamba Allah yaitu mesias, yang hanya ditemukan dalam bentuk hambaku
dan dalam hal ini pembicaranya adalah Allah.
c. Injil
Yohanes, nyanyian-nyanyian hamba hanya satu kali
dikutip dalam Injil Yohanes, yaitu dalam Yohanes 12:38
d. Kisah
Para Rasul, tiga perikop dalam kitab ini yang
menggunakan kata “hamba” sebagai
penggambaran Yesus (Kis 3:13, 26; 4:27-30) nampaknya memperlihatkan bahwa
masyarakat Kristen pertama percaya dengan kuat akan kesamaan Yesus dengan hamba
dalam kitab Yesaya itu
e. Paulus, ia menghubungakan kematian Kristus dengan dosa-dosa manusia (1 Kor
15:3), yang persis sama benar dengan hamba yang menderitan(Yes 53)
Anak Manusia
a. Kitab-kitab
Injil Sinoptik, dari semua gelar Yesus dalam
kitab-kitab Injil Sinoptik,gelar Anak Manusia merupakan gelar yang paling penting
dan juga yang paling membingungkan.
Ada lima pengertian yang
mungkin untuk menggunakan gelar Anak Manusia:
- sebutan-sebutan Anak Manusia dalam setiap kategori mungkin asli, karena itu hal tersebut memperlihatkan pandangan Yesus sendiri mengenai identitasnya-Nya.
- semua sebutan Anak Manusia merupakan gelar yang diberikan oleh masyarakat Kristen dan tidak mencerminkan pandangan Yesus mengenai diri-Nya sendiri.
- hanyan sebutan-sebutan Anak Manusia yang mengarah pada masa yang akan datang saja yang dapat dipercaya, tetapi sebutan-sebutan ini mengenai seorang yang bukan Yesus.
- hanya sebutan-sebutan Anak Manusia yang ditujukan pada masa yang akan datang saja yang dapat dipercayai, tetapi Yesus mengganggap diri-Nya sebagai Anak Manusia sorgawi yang akan dinyatakan pada penyempurnaan masa kini
- sebutan-sebutan Anak Manusia yang mengarah pada kehidupan Yesus di dunia saja yang dapat dipercaya.
Perbedaan-perbedaan pandangan ini biasanya tidak ditentukan oleh
penafsiran teks secara ilmiah, tetapi oleh pandangan berbagai ahli mengenai
sejarah orang-orang Kristen mula-mula. Istilah “Anak Manusia” yang digunakan
Yesus berarti bahwa Ia menunjuk pada diri-Nya sendiri dengan cara yang
eksklusif, yaitu Ia saja bukan orang lain di antara manusia. Sebutan-sebutan
dikelompokkan kedalam tiga bagian, pertama, mengenai pekerjaan Anak Manusia,
kedua, mengenai penderitaan Anak Manusia, ketiga, mengenai pengagungan Anak
Manusia yang akan datang.
b. Injil
Yohanes
Pernyataan-pernyataan dalam Injil Yohanes kadang-kadang lebih jelas
dan nyata daripada Injil-injil Sinoptik, karena ia lebih menekankan segi-segi
teologis.
- Pernyataan tentang asal dan tujuan Anak manusia
- Pernyataan yang memperlihatkan kekuasaan Anak Manusia
- Pernyataan-pernyataan yang menubuatkan ditinggikannya Anak Manusia.
TUHAN
a.
Kitab-kitab Injil Sinoptik
Sebutan “Kurios” bagi Yesus dalam kitab-kitab Injil Sinoptik sering
dimaksudkan sebagai gelar kehormatan, agak mirip dengan sebutan umum ‘Tuan”
dalam percakapan modern. Istilah ho Kurios digunakan untuk Yesus hanya setelah
kebangkitan-Nya.
b.
Tulisan-tulisan Yohanes, mencerminkan pola
dasar yang samam yaitu penggunaan gelar kurios itu secara non-teologis sebelum kebangkitan
dan secara teologis sesudah kebangkitan
c. Kisah
Para Rasul, gelar Tuhan disukai oleh Lukas
dalam menceritakan perbuatan-perbuatan dan pengajaran-pengajaran dari jemaat
mula-mula.
d. Paulus menghubungkan ketuhanan dengan Yesus. Gelar Tuhan lebih dari
sekedar nama yang formal melainkan menyatakan kedaulatan. Jadi dalam
pemberitaannya, Paulus mengiakan pengakuan iman yang mula-mula
ANAK ALLAH
a. Latar
Belakang
1. Makhluk-makhluk malaikat disebut anak-anak Allah (Kej
6:1-4)
2. Hal ini juga merupakan dasar bagi penggamabran adam
sebagai seorang anak Allah (Luk 3;38)
3. Dalam arti khusus, orang-orang Israel disebut
anak-anak Allah (Ul 14:1-2)
4. Istilah anak Allah juga dipakai untuk bangsa
keseluruhan. (Hos 11:1)
5. Dalam masa PL, gagasan mengenai anak Allah dipakai
secara khusus bagi raja yang teokratis (II Sam 7:14)
b. Injil
Sinoptik
Pengertian umum mengenai Allah sebagai Bapa ini menyatakan secara
tidak langsung bahwa Yeusu adalah Anak Allah, dan hal ini harus dianggap
sebagai pendahuluan yang perlu untuk penggunaan gelar tersebut secara khusus.
Penggunaan gelar “Anak Allah” bersama dengan “Mesias”. Yesus sadar bahwa Ia
adalah Anak Allah.
c.
Tulisan-tulisan Yohanes, tujuan penulisan Injil
Yohanes dinyatakan secara khusus agar para pembaca dapat percaya bahwa Yesus
adalah Anak Allah, karena itu tidaklah mengherankan bila ditemukan lebih banyak
penekanan pada konsep Anak Allah daripada Anak Manusia. Yohanes dengan sengaja
memberikan contoh-contoh khusus tentang berbagai orang yang mengakui Yesus
sebagai Anak Allah (Yohanes Pembaptis, Natanael, Marta). Yesus memiliki
sifat-sifat khusus sebagai Anak Allah seperti kebergantungan Anak kepada Bapa,
kasih Bapa kepada Anak, Anak yang berdoa kepada Bapa, Anak menyatakan Bapa,
Bapa telah menyerahkan segala sesuatu kepada Anak.
c. Kisah
Para Rasul, Paulus memberitahukan bahwa Yesus
adalah Mesias (Kis 9:22),
yang memperlihatkan perhatiannya pada kepercayaan umum tentang mesias dalam
jemaat mula-mul dan tema Anak Allah erat dihubungkan dengan tema itu.
d. Paulus, dalam surat-suratnya gagasana tentang Yesus sebagai Anak Allah
memainkan peranan penting dalam penyajian yang menyeluruh tentang Kristus,
namun tidak kelihatan adanya usaha Paulus untuk menunjukkan bahwa Yesus adalah
Anak Allah. Dimana-mana ia mengganggapnya memang demikian.
e. Ibrani memusatkan perhatian pentingnya Anak Allah.
Gelar-Gelar Kristus Yang Lain
a. Yesus
sebagai nabi dan guru, Konsep kenabian tidak
memainkan peranan yang penting dalam Kristologi PB karena berbagai alasan
b. Logos dalam Injil Yohanes kadang-kadang dimaksudkan untuk menunjukkan
Firman Ilahi mengenai Yesus, namun yang khusus dalam hal ini ialah penggunaan
logos dalam pendahuluan dengan arti lebih tekhnis sebagai suatu penunjukan
Yesus.
Tanggapan
Dalam pemaparan tentang Kristologi yang memaparkan sesuai dengan
pandangan penulis Perjanjian Baru, Guthrie diakhir pembahasannya menyimpulkan
bahwa Yesus adalah Allah dan manusia. Ia menjelaskan bahwa pendekatan yang
lebih sesuai dan dapat diterapkan adalah pendekatan yang dimulai dari Anak Allah yang sudah ada sebelum segala
sesuatu ada. Jika kita mulai dari atas kita dapat memberi tempat pada penyataan
Allah, sedangkan jika kita mulai dari bawah dengan memakai gagasan dari
pengalaman kita sendiri yang dikemangkan sesuai dengan pengetahuan kita
mengenai manusia, maka agak sulit untuk memberi tempat pada penyataan Allah.
Pandangan ini lebih bisa dipertahankan karena dapat mempertahankan kesatuan
konsep mengenai Kristologi. Penulis memiliki konsep yang menyetujui bahwa Yesus
adalah Allah dan Manusia yang seimbang tidak lebih memberatkan yang satu. Ia
menentang pandangan-pandangan yang melakukan pendekatan-pendekatan yang
menurutnya tidak bisa diterima.
Langganan:
Postingan (Atom)