I.
PENDAHULUAN
Dewasa ini banyak orang bahkan
yang menyebut dirinya pakar teologi mulai mempertanyakan Alkitab sebagai Firman
Allah. Ada muncul banyak teori yang skeptis terhadap Firman Allah. Di era
kemajuan ilmu dan teknologi yang luar biasa, mulai terjadi pergeseran perlakuan
terhadap Alkitab. Alkitab tidak lagi dipandang sebagai Firman Allah tetapi
tidak lebih sebagai karya manusia yang kurang relevan dengan zaman sekarang.
Alkitab mulai diperlakukan sama dengan buku-buku yang ada
yang dianggap sebagai referensi.
Alkitab sebagai tulisan yang
dilhamkan oleh Allah yang ditulis dalam kurun waktu 1500 tahun oleh penulis
yang berbeda latar belakang, pendidikan, budaya, zaman tetap memiliki kuasa
yang dapat mengubah manusia. Surat Paulus kepada Timotius
menjelaskan bahwa tulisan yang dilhamkan oleh Allah
sangat berkuasa mengubah hidup manusia. Firman Allah bermanfaat untuk
mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan, mendidik dalam kebenaran.
Alkitab mengajarkan dasar-dasar kebenaran.
Dalam makalah ini
yang menjadi problematikanya adalah apakah otoritas Alkitab sebagai Firman Allah
menurut 2 Timotius 3:16 yang merupakan
pengakuan Iman GBIS.
BAB II
DESKRIPSI JUDUL
A. Alkitab sebagai
Firman Allah
Alkitab merupakan buku yang luar
biasa, buku yang diinspirasikan oleh Allah, buku yang diilhami oleh Allah. Menurut
Derek Prince dalam bukunya, Dasar Iman seri 1,
Kata Yunani yang diterjemahkan
disini dengan diilhamkan secara harafia”dinafasi oleh Allah” dan mempunyai
hubungan langsung dengan “Roh”, dengan kata lain Roh Allah yaitu Roh Kudus
adalah daya tenaga yang tidak nampak namun tidak pernah membuat kesalahan, yang
mengendalikan, mengatus serta memimpin semua orang yang menulis setiap bagian
Alkitab [1]
Alkitab karya yang tidak pudar
oleh waktu, tetap eksis ditengah perubahan dan perkembangan dunia. Alkitab
berisi panduan bagaimana manusia hidup yang sesungguhnya. Alkitab menjawab
persoalan manusia yang hakiki yaitu dosa. Dalam buku Dogmatikan Masa Kini
ditulis, “ Alkitab adalah ciptaan Roh Kudus, artinya: Para penulis telah
digerakkan dan didorong oleh Roh Kudus untuk berbicara atau menulis.”[2]
Alkitab adalah penyataan khusus, dimana manusia dapat mengenal Yesus dengan
benar. Allah memperkenalkan diri-Nya supaya dapat dikenal manusia melalui
Alkitab. Alkitab berbicara tentang Allah dan karya-karya-Nya. Allah memakai
Alkitab untuk menyatakan diri-Nya kepada manusia. Manusia dapat mengenal
karakter Yesus melalui Alkitab yang mereka pelajari dan alami dalam kehidupan.
Soedarmo menjelaskan, “Kitab Suci
sekarang bukanlah sesuatu yang mati, tetapi penuh hidup, penuh kekuatan seperti
tiap-tiap perkataan juga punya kekuatan dari yang mengatakannya.”[3]
Yesus berkuasa sehingga perkataan-Nya juga berkuasa. Alkitab menjadi tempat
atau wadah dimana ada petunjuk-petunjuk, ajaran-ajaran dan rambu-rambu yang
sedang disampaikan Allah kepada manusia. Alkitab berisi nilai-nilai hakiki yang
dibutuhkan dalam kehidupan dan juga menjadi standar dan patokan berperilaku.
Allah adalah Pencipta manusia dan Ia
punya rencana atas manusia. Untuk mengetahui rencana-Nya, ia menyatakannya
melalui Alkitab. Soesilo mengatakan, “Alkitab menunjukkan kepada kita bagaimana
mengikuti kehendak Allah dalam hidup kita dan bagaimana kita dapat mempunyai
hidup yang sejati, yaitu hidup yang diberkati seperti yang di janjikan oleh
Allah.”[4]
Maksudnya Alkitab merupakan buku pentunjuk tentang kehendak Allah bagi manusia.
Dengan mendalami Alkitab manusia akan menemukan kehendak Allah bagi dirinya,
sehingga ia tahu bagaimana harus hidup dan apa tujuan dari kehidupan.
Alkitab adalah perkataan Allah yang
benar dan berkuasa. John Stott menjelaskan, “Allah telah menyatakan diri-Nya
dengan berbicara bahwa Firman Ilahi-Nya (dinafasi Allah) ini telah ditulis dan
disimpan dalam Alkitab dan bahwa Alkitab sesungguhnya adalah Firman Allah yang
tertulis, karena itu benar dapat dipercaya dan memiliki otoritas Ilahi atas
hidup kita.”[5] Dari penjelasan ini
memiliki arti bahwa Alkitab bukanlah buku biasa tetapi buku yang luar biasa dan
memiliki otoritas. Alkitab berbeda dengan buku-buku yang telah dan yang ada,
karena Alkitab adalah karya Allah dengan memakai manusia. Dengan mendalami
Alkitab kita mengalami kuasa dari Firman Allah itu sendiri.
Sitompul menjelaskan, “….Firman
Allah sangat penting bagi hidup sehari-hari, apabila bukan Firman Allah yang
mendamaikan, menghibur, dan menguatkan kepercayaan dalam hidup ini, kita bisa
sakit, mudah tersinggung, tidak kuat meneruskan pekerjaan…putus asa, frustasi.”[6]
Dari penjelasan itu sitompul sedang menjelaskan pendalaman Alkitab memiliki
andil yang besar dalam sebuah keberhasilan hidup. Ini merupakan sebuah fakta
bahwa Firman Tuhan berkuasa bagi kehidupan manusia yang membuat manusia
berhasil.
Menurut Gordon D Fee dan Douglas
Stuart dalam buku Hermeneutik, “Oleh karena Alkitab adalah Firman Allah, maka
ia selalu relevan. Alkitab berbicara kepada seluruh umat manusia, dalam segala
zaman dan dalam segala kebudayaan.”[7]
Alkitab adalah buku yang tidak pernah ketinggalan zaman tetapi selalu “Up
date”. Zaman selalu mengalami perkembangan dan kemajuan yang luar biasa, namun
demikian Alkitab tetap bisa menjawab setiap persoalan.
Surat
1 dan 2 Timotius merupakan lanjutan surat
Paulus yang kedua kepada Timotius. Ini merupakan surat
Pribadi, oleh karena Paulus tahu bahwa sebentar lagi dia akan meninggal, maka surat ini memuat
pesan-pesan terakhir dari Paulus kepada Timotius teman sekerjanya. Di dalam
kedua surat
yang dialamatkan kepada Timotius ini, Paulus menekankan pentingnya Kitab Suci
dalam penyembahan atau ibadah kepada Allah maupun untuk kehidupan yang berkenan
kepadaNya. Kemudian dalam surat
ini Paulus menekankan tentang syarat-syarat penting atau kualifikasi para
penatua dan diaken yaitu antara lain agar mereka terdidik dalam soal-soal pokok iman kita...dan ajaran yang sesuai
dengan ibadah kita. (1Tim 4:6 6:3) Di dalam suratnya yang pertama ini
Paulus menegaskan: Karena Allah itu
esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah Allah dan manusia,
yaitu manusia Kristus Yesus.
Paulus menasihatkan atau mendorong Timotius agar tetap setia kepada
Kristus dan firmanNya. Menjelang kematiannya, Paulus menulis suratnya yang
kedua kepada Timotius yang juga
merupakan suratnya yang terakhir yang ditulisnya ketika ia berada di penjara di
Roma.
Tujuan penulisan surat ini memberikan nasehat-nasehat untuk
menguatkan Timotius baik mengenai tanggung-jawab kini maupun akan datang. Ia
menyampaikan nasehatnya yang terakhir kepada penggantinya yang agak pemalu
antara lain ia mengingatkan Timotius akan bidang tugasnya yang dulu (1 Tim
1:1-5) dan menganjurkan supaya ia bertindak sesuai dengan panggilannya yang
mulia.
Pfeifer dan Harrison menjelaskan,
“Alasan penulisan surat ini adalah untuk memelihara iman, untuk memastikan
kesinambungan gereja Yesus Kristus, penugasan resmi untuk memelihara iman yang
telah dipercayakan.”[8]
Memelihara iman dalam hal ini bukan hanya melalui perbuatan baik dan perilaku
yang benar tetapi juga penolakan kepada ajaran yang salah atau palsu. E. M
Blaiklock menjelaskan, “Salah satu tugas Timotius adalah melawan
kegiatan-kegiatan jahat dari orang-orang yang berusaha mempersukar Injil da
meniadakan kesederhanaan keselamatan Allah bagi rakyat biasa.”[9]
Sedangkan Donald C Stamps menjelaskan, “Paulus menasehatkan Timotius agar dia
memelihara Injil, memberitakan Firman Allah, menanggung kesukaran dan
melaksanakan tugas-tugasnya.”[10]
Dengan demikian jelaslah bahwa
tujuan penulisan surat ini adalah Paulus ingin menasehatkan Timotius yang
adalah anak rohaninya yang masih muda untuk tetap memelihara Injil yang telah
dia terima dari Paulus serta memberitakan injil kepada orang lain. Paulus mau
supaya Timotius tidak malu dan berani mempertahankan Injil yang dia terima di
tenga-tengah kesukaran yang terjadi. Ia ingin agar Timotius menjadi pelayan
Tuhan yang berani sekalipun secara usia ia masih muda dan masih butuh bimbingan
dan dorongan. Paulus memotivasi dia untuk mengobarkan karunia yang telah ia
terima.
BAB III
OTORITAS ALKITAB SEBAGAI FIRMAN ALLAH
MENURUT SURAT 2 TIMOTIUS 3:16
A. Mengajar (2 Tim 3:16)
Mengajar dalam bahasa Yunani “διδασκαλια ” (didaskalia) yang secara literal berarti
“teaching, instruction, doctrine, precepts”[11]
(mengajar, intruksi,doktrin, ajaran). Alkitab adalah buku yang
mengajarkan manusia tentang suatu kebenaran yang mutlak. Alkitab mengajarkan
tentang prinsip-prinsip kehidupan. Doktrin merupakan sesuatu dasar dalam
kehidupan. Doktrin adalah ajaran-ajaran dalam Alkitab yang disimpulkan atau
dirumuskan oleh gereja secara sistematis sehingga menjadi ajaran-ajaran dasar
yang diajarkan bagi jemaat. Manton menjelaskan kata doktrin dapat berarti,
“Ajaran pada umumnya, yaitu seluruh iman kristiani (I Tim 4:14) atau bagian
tertentu dari ajaran Kristen…(doktrin mengenai Allah, manusia, dosa) yakni apa
yang diajarkan dalam Alkitab tentang hal-hal tersebut.”[12]
Doktrin ajaran pokok kekristenan yang di jabarkan secara sistematis.
Ketika orang akan membangun rumah
pertama ia akan membuat dasar. Dasar
menjadi penentu kekuatan bangunan tersebut. Ketika dasarnya tidak kuat maka itu
akan berdampak kepada kekokohan bangunan. Doktrin juga sama halnya, ada banyak
orang Kristen yang mudah terombang-ambing karena mereka tidak memiliki doktrin
yang kuat. Doktrin juga penentu kehidupan manusia. Ed Bulkley menjelaskan
sistem kepercayaan kita adalah dasar dari setiap pemikiran dan tindakan kita
dan ia juga menyatakan untuk membantu orang menyelesaikan masalah kehidupan
adalah dengan mengajarkan doktrin yang benar.[13]
Maksudnya bahwa apa yang di percayai
sebenarnya dimulai dari ajaran yang diterima. Ajaran itu akan membentuk
sebuah kepercayaan atau keyakinan, keyakinan itu akan menentukan kehidupannya,
karena ajaran itu membentuk paradigma, dan akhirnya membentuk jalan hidupnya.
Firman Tuhan bermanfaat membentuk dasar berpijak dan dasar melangkah bagi
pemimpin. Ketika ia memiliki dasar yang benar maka lebih mudah untuk
melanjutkan langkah-langkah berikutnya.
B. Menyatakan Kesalahan (2 Tim 3:16)
Menyatakan kesalahan memakai kata, “ελεγχος” (elegchos)
dalam arti literal “a proof, that by which a thing is proved or tested,
conviction”[14] (bukti, yang mana sesuatu
dibuktikan atau diuji, hukuman). Artinya membuktikan sesuatu dengan sebuah
pengujian. Firman Tuhan menyingkapkan kesalahan, ia sebagai cermin
sehingga ketika manusia bercermin akan melihat dosa-dosanya. Firman Tuhan
menunjukkan kesalahan yang dilakukan oleh pembacanya. Tidak ada yang tersembunyi di hadapan Tuhan,
Firman Tuhan membukakan dan menelanjangi dosa sehingga dosa itu kelihatan. Ia
seperti pedang bermata dua. Firman Tuhan menyingkapkan dosa tersembunyi.
Menyatakan kesalahan berkait erat dengan menginsafkan di Yohanes 16:8. "Dan apabila Ia sudah datang, Ia akan menyadarkan dunia akan
dosa-dosanya, akan kebaikan Allah yang tersedia bagi mereka, dan akan
pembebasan dari penghukuman.” Alkitab merupakan sarana yang
dipakai Roh Kudus untuk menginsafkan orang. Alkitab menyadarkan orang akan dosa
dan kesalahan yang diperbuatnya. Firman Tuhan berfungsi sebagai cermin,
sehingga ketika bercermin akan mengetahui dosa-dosa yang ada dalam dirinya. Alkitab
sebagai Firman Tuhan menyadarkan oarang ketika ia sedang melakukan kesalahan.
Ia mengingatkan orang percaya setiap saat, sehingga selalu waspada dan berusaha
hidup kudus. Seringkali orang lengah dan tidak berhati-hati ketika tidak ada
yang mengingatkan dia sehingga akhirnya terjerumus. Firman Tuhan sebagai
pengingat yang setiap saat menyadarkan setiap orang percaya yang membacanya
sekarang berada dimana dan dalam keadaan bagaimana. Firman Tuhan menjadi alarm
yang selalu ada didalam hatinya dan pikirannya. Firman Allah mengindentifikasi
dosa, sehingga bisa langsung diselesaikan.
Dalam era teknologi sekarang Firman
Allah dapat digambarkan sebagai software atau program anti virus dalam komputer
yang berfungsi mengidentifikasi dan
membunuh virus yang masuk. Setiap ada virus yang masuk langsung dapat
diidentifikasi dan dihapuskan. Namun demikian software anti virus tersebut harus selalu di up date sehingga terus
dapat digunakan sesuai perkembangan. Demikian juga Firman Tuhan harus selalu di
up date oleh pemimpin dengan terus
belajar sehingga selalu peka terhadap dosa. Warren mengatakan, “Membaca Alkitab setiap
hari akan membuat anda tetap berada dalam jangkauan suara Tuhan.”[15]
Maksudnya ketika orang percaya terus belajar Kebenaran yaitu Firman Allah maka
Firman yang adalah suara Allah akan terus berbicara dan mengingatkan mereka
untuk tetap ada dalam kehendak-Nya.
C. Memperbaiki Kelakuan (2 Tim 3:16)
Memperbaiki
memakai kata “επανορθωσις” (epanorthosis)
yang memiliki arti restoration to an upright or right state (perbaikan atau
pemulihan ke yang lurus atau bagian yang benar, correction (pembetulan,
koreksi), improvement of life or character (perbaikan kemajuan hidup atau
karakter)[16] Firman Tuhan
bermanfaat mengoreksi kelakuan, dengan mengoreksi mengetahui apakah hidupnya
sudah sudah benar dihadapan Tuhan. Ia meluruskan kembali apa yang salah. Ketika
orang percaya sudah mulai menyimpang, Firman Tuhan berkuasa untuk meluruskan
kembali jalannya. Pengertian memperbaiki juga membenahi sehingga lebih baik
dari yang sebelumnya. Firman Tuhan membawa perubahan kearah yang lebih baik
kepada yang mempelajarinya. Memperbaiki berarti membuat lebih baik, mengalami
kemajuan. Dengan mendalami Firman Tuhan maka Firman Tuhan dengan pertolongan
Roh Kudus akan mengubah kehidupan pemimpin secara moral kearah yang lebih baik.
Ia akan mengalami pertumbuhan.
Memperbaiki juga artinya membuang apa yang tidak berguna
yang menghambat pertumbuhan. Orang percaya harus belajar tinggal dalam Firman
Allah dan Firman Allah didalamnya, sehingga Firman akan membersihkan dirinya.
(Yoh 15:1-3). Firman Tuhan membersihkan hal-hal yang tidak berkenan sehingga
kehidupan pemimpin lebih baik dan mengalami pertumbuhan yang sehat. Firman
Tuhan menguduskan, seperti yang tertulis dalam Yohanes 17:17, “Kuduskanlah mereka
dalam kebenaran; Firman-Mu adalah kebenaran.” Roh Allah memakai Firman Tuhan
untuk mengubah hidup setiap orang percya untuk menjadi serupa dengan Yesus.
Orang percya harus memenuhi pikirannya dengan kebenaran,
sehingga kebenaran yang akan menggubahkan hidupnya menjadi pribadi yang berbeda
dengan dunia. Kebenaran yang memenuhi pikirannya akan membentuk perkataan dan
perbuatannya dan hal itu akan membentuk karakternya. Firman Tuhan berkata, “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi
berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah
kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”
(Rm 12:2). Pembaharuan pikiran dimulai ketika orang percaya mengisi pikirannya
dengan Kebenaran, Kebenaran tersebut akan memenuhi dan menguasai pikirannya dan
mengubah paradigma yang lama. Kebenaran mengubah pola pikir atau mind set orang
percaya.(2 Kor 5:17) Kebenaran menghasilkan pembaharuan yang bersifat progresif, yaitu berubah kearah yang
lebih baik atau meningkat. Ketika
pikiran sudah dikuasai kebenaran maka orang percaya akan mengerti kehendak
Allah apa yang baik, berkenan dan yang sempurna.
D. Mendidik dalam Kebenaran (2 Tim 3:16)
Mendidik memakai kata “παιδεια” (paideia)
yang memiliki arti secara literal
” the whole training and education of children” (pelatihan dan
pendidikan anak) “which relates to the cultivation of mind and morals” (yang
mana dihubungkan dengan pengembangan pikiran dan moral), “instruction which
aims at increasing virtue” (pengajaran dimana mengarahkan peningkatan kebaikan,
“chastisement” (penyucian)[17]
Dari pengertian ini memiliki arti menghajar untuk lebih baik. Kata ini
diterjemahkan dengan berbagai kata yang akar katanya adalah “hajar”. Barnes New
Testament Notes menjelaskan tentang mendidik dalam kebenaran,
… Instruction in regard to the principles of justice, or
what is right. Man needs not only to be made acquainted with truth, to be
convinced of his error, and to be reformed; but he needs to be taught what is
right, or what is required of him, in order that he may lead a holy life…
life.[18]
(Untuk instruksi dalam kebenaran.
Instruksi dalam hubungan dengan asas hukum, atau apa yang benar. Manusia tidak
perlu hanya untuk dibuat kenal dengan kebenaran, untuk meyakinkan kesalahannya,
dan untuk diperbaiki; tetapi ia
perlu untuk diajar apa yang benar, atau apa yang diperlukan dari kebenaran…di
mana ia mungkin memimpin suatu hidup kudus …)
Mendidik dalam kebenaran dalam pengertian menjadikan
kebenaran menjadi asas dalam kehidupan dan bukan hanya diajar tentang
kebenaran, tetapi diajarkan tentang apa yang benar untuk dilakukan untuk
menjadi hidup kudus. Firman Tuhan menjadi prinsip dalam kehidupan dan semua
aspek kehidupan. Firman Tuhan menjadi Pelita (Mzm 119:109). Firman Tuhan
menjadi materi yang dipelajari untuk hidup benar. Firman Allah mendidik tentang
kebenaran dan dalam kebenaran, ini memiliki pengertian kebenaran bukan hanya
materi yang dipelajari, tetapi panduan dalam berperilaku. Panduan dalam
memutuskan, panduan dalam hidup benar. Seseorang harus menjadikan dirinya
pribadi mau mau dididik dalam kebenaran. Integritas akan dibangun dalam
kebenaran dan dengan kebenaran. Firman Tuhan menjadi asas dalam membentuk
integritas. Orang percaya menjadi murid Allah ketika ia mau dididik oleh Firman
Tuhan. Seseorang tanpa Firman Tuhan tidak akan pernah berjalan dalam kebenaran
dan tidak dapat menjadi orang yang berintegritas. Dengan kata lain seseorang
harus mau dididik dalam prinsip-prinsip kebenaran untuk menjadi orang yang
berintegritas dan ini tidak bisa ditawar.
BAB IV
PENUTUP
Dari uraian makalah diatas dapat disimpulkan bahwa Alkitab adalah Firman
Allah yang berkuasa. Buku yang diilhami oleh Roh Kudus dan memperlengkapi
manusia untuk setiap perbuatan baik (2 Timotius 3:17).
Alkitab sebagai Firman Allah berkuasa untuk mengajar, menyatakan kesalahan,
memperbaiki kelakuan dan mendidik dalam kebenaran. Ini merupakan butir pertama
dari pengakuan GBIS sebagai satu oganisasi yang mengakui Alkitab adalah Firman
Allah.
[1] Derek Prince, Dasar Iman seri 1, (Jakarta: Yayasan
Immanuel,) hal 41
[6] A.A Sitompul, Bersahabat dengan Alkitab (Jakarta:
Gunung Mulia, 1986), hlm. 2
[11]“2 Timotius 3:16” CD. ROM. Bibleworks
[12] M E. Manton, Kamus Istilah
Teologi Inggris-Indonesia (Malang:
Gandum Mas, 2000), hlm. 54
[13] Ed Bulkley, Mengapa orang Kristen tidak boleh
mempercayai Psikologi (Bandung: Cipta Olah
Pustaka, 2005), Hlm. 339
[14] “2 Timotius 3:16” CD.ROM. Bibleworks
[15] Rick Warren. Purpose
Driven Life (Malang: Gandum Mas, 2007), hlm. 208
[16] “2 Timotius 3:16” CD. ROM. Bibleworks
[17] “2 Timotius 3:16”, CD.ROM, Bibleworks
[18] “2 Timotius 3 :16”, Barnes New Testament Note, CD.ROM. Sabda.OLB
Firman Allah sebagai otoritas tertinggi dalam kehidupan
BalasHapus