Senin, 04 Mei 2015

Otoritas Alkitab sebagai Firman Allah





I.         PENDAHULUAN


Dewasa ini banyak orang bahkan yang menyebut dirinya pakar teologi mulai mempertanyakan Alkitab sebagai Firman Allah. Ada muncul banyak teori yang skeptis terhadap Firman Allah. Di era kemajuan ilmu dan teknologi yang luar biasa, mulai terjadi pergeseran perlakuan terhadap Alkitab. Alkitab tidak lagi dipandang sebagai Firman Allah tetapi tidak lebih sebagai karya manusia yang kurang relevan dengan zaman sekarang.
Alkitab mulai diperlakukan sama dengan buku-buku yang ada yang dianggap sebagai referensi.
Alkitab sebagai tulisan yang dilhamkan oleh Allah yang ditulis dalam kurun waktu 1500 tahun oleh penulis yang berbeda latar belakang, pendidikan, budaya, zaman tetap memiliki kuasa yang dapat mengubah manusia. Surat Paulus kepada Timotius menjelaskan bahwa tulisan yang dilhamkan oleh Allah sangat berkuasa mengubah hidup manusia. Firman Allah bermanfaat untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan, mendidik dalam kebenaran. Alkitab mengajarkan dasar-dasar kebenaran.
Dalam makalah ini yang menjadi problematikanya adalah apakah  otoritas Alkitab sebagai Firman Allah menurut  2 Timotius 3:16 yang merupakan pengakuan Iman GBIS.

BAB II
DESKRIPSI JUDUL

A. Alkitab sebagai Firman Allah
Alkitab merupakan buku yang luar biasa, buku yang diinspirasikan oleh Allah, buku yang diilhami oleh Allah. Menurut Derek Prince dalam bukunya, Dasar Iman seri 1,
Kata Yunani yang diterjemahkan disini dengan diilhamkan secara harafia”dinafasi oleh Allah” dan mempunyai hubungan langsung dengan “Roh”, dengan kata lain Roh Allah yaitu Roh Kudus adalah daya tenaga yang tidak nampak namun tidak pernah membuat kesalahan, yang mengendalikan, mengatus serta memimpin semua orang yang menulis setiap bagian Alkitab [1]

Alkitab karya yang tidak pudar oleh waktu, tetap eksis ditengah perubahan dan perkembangan dunia. Alkitab berisi panduan bagaimana manusia hidup yang sesungguhnya. Alkitab menjawab persoalan manusia yang hakiki yaitu dosa. Dalam buku Dogmatikan Masa Kini ditulis, “ Alkitab adalah ciptaan Roh Kudus, artinya: Para penulis telah digerakkan dan didorong oleh Roh Kudus untuk berbicara atau menulis.”[2] Alkitab adalah penyataan khusus, dimana manusia dapat mengenal Yesus dengan benar. Allah memperkenalkan diri-Nya supaya dapat dikenal manusia melalui Alkitab. Alkitab berbicara tentang Allah dan karya-karya-Nya. Allah memakai Alkitab untuk menyatakan diri-Nya kepada manusia. Manusia dapat mengenal karakter Yesus melalui Alkitab yang mereka pelajari dan alami dalam kehidupan.
            Soedarmo menjelaskan, “Kitab Suci sekarang bukanlah sesuatu yang mati, tetapi penuh hidup, penuh kekuatan seperti tiap-tiap perkataan juga punya kekuatan dari yang mengatakannya.”[3] Yesus berkuasa sehingga perkataan-Nya juga berkuasa. Alkitab menjadi tempat atau wadah dimana ada petunjuk-petunjuk, ajaran-ajaran dan rambu-rambu yang sedang disampaikan Allah kepada manusia. Alkitab berisi nilai-nilai hakiki yang dibutuhkan dalam kehidupan dan juga menjadi standar dan patokan berperilaku.
            Allah adalah Pencipta manusia dan Ia punya rencana atas manusia. Untuk mengetahui rencana-Nya, ia menyatakannya melalui Alkitab. Soesilo mengatakan, “Alkitab menunjukkan kepada kita bagaimana mengikuti kehendak Allah dalam hidup kita dan bagaimana kita dapat mempunyai hidup yang sejati, yaitu hidup yang diberkati seperti yang di janjikan oleh Allah.”[4] Maksudnya Alkitab merupakan buku pentunjuk tentang kehendak Allah bagi manusia. Dengan mendalami Alkitab manusia akan menemukan kehendak Allah bagi dirinya, sehingga ia tahu bagaimana harus hidup dan apa tujuan dari kehidupan.
            Alkitab adalah perkataan Allah yang benar dan berkuasa. John Stott menjelaskan, “Allah telah menyatakan diri-Nya dengan berbicara bahwa Firman Ilahi-Nya (dinafasi Allah) ini telah ditulis dan disimpan dalam Alkitab dan bahwa Alkitab sesungguhnya adalah Firman Allah yang tertulis, karena itu benar dapat dipercaya dan memiliki otoritas Ilahi atas hidup kita.”[5] Dari penjelasan ini memiliki arti bahwa Alkitab bukanlah buku biasa tetapi buku yang luar biasa dan memiliki otoritas. Alkitab berbeda dengan buku-buku yang telah dan yang ada, karena Alkitab adalah karya Allah dengan memakai manusia. Dengan mendalami Alkitab kita mengalami kuasa dari Firman Allah itu sendiri.                       
            Sitompul menjelaskan, “….Firman Allah sangat penting bagi hidup sehari-hari, apabila bukan Firman Allah yang mendamaikan, menghibur, dan menguatkan kepercayaan dalam hidup ini, kita bisa sakit, mudah tersinggung, tidak kuat meneruskan pekerjaan…putus asa, frustasi.”[6] Dari penjelasan itu sitompul sedang menjelaskan pendalaman Alkitab memiliki andil yang besar dalam sebuah keberhasilan hidup. Ini merupakan sebuah fakta bahwa Firman Tuhan berkuasa bagi kehidupan manusia yang membuat manusia berhasil.
Menurut Gordon D Fee dan Douglas Stuart dalam buku Hermeneutik, “Oleh karena Alkitab adalah Firman Allah, maka ia selalu relevan. Alkitab berbicara kepada seluruh umat manusia, dalam segala zaman dan dalam segala kebudayaan.”[7] Alkitab adalah buku yang tidak pernah ketinggalan zaman tetapi selalu “Up date”. Zaman selalu mengalami perkembangan dan kemajuan yang luar biasa, namun demikian Alkitab tetap bisa menjawab setiap persoalan.

B. Deskripsi Surat 2 Timotius 3:16

Surat 1 dan 2 Timotius merupakan lanjutan surat Paulus yang kedua kepada Timotius. Ini merupakan surat Pribadi, oleh karena Paulus tahu bahwa sebentar lagi dia akan meninggal, maka surat ini memuat pesan-pesan terakhir dari Paulus kepada Timotius teman sekerjanya. Di dalam kedua surat yang dialamatkan kepada Timotius ini, Paulus menekankan pentingnya Kitab Suci dalam penyembahan atau ibadah kepada Allah maupun untuk kehidupan yang berkenan kepadaNya. Kemudian dalam surat ini Paulus menekankan tentang syarat-syarat penting atau kualifikasi para penatua dan diaken yaitu antara lain agar mereka terdidik dalam soal-soal pokok iman kita...dan ajaran yang sesuai dengan ibadah kita. (1Tim 4:6 6:3) Di dalam suratnya yang pertama ini Paulus menegaskan: Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus.  Paulus menasihatkan atau mendorong Timotius agar tetap setia kepada Kristus dan firmanNya. Menjelang kematiannya, Paulus menulis suratnya yang kedua kepada Timotius yang  juga merupakan suratnya yang terakhir yang ditulisnya ketika ia berada di penjara di Roma.
Tujuan penulisan surat ini memberikan nasehat-nasehat untuk menguatkan Timotius baik mengenai tanggung-jawab kini maupun akan datang. Ia menyampaikan nasehatnya yang terakhir kepada penggantinya yang agak pemalu antara lain ia mengingatkan Timotius akan bidang tugasnya yang dulu (1 Tim 1:1-5) dan menganjurkan supaya ia bertindak sesuai dengan panggilannya yang mulia.
Pfeifer dan Harrison menjelaskan, “Alasan penulisan surat ini adalah untuk memelihara iman, untuk memastikan kesinambungan gereja Yesus Kristus, penugasan resmi untuk memelihara iman yang telah dipercayakan.”[8] Memelihara iman dalam hal ini bukan hanya melalui perbuatan baik dan perilaku yang benar tetapi juga penolakan kepada ajaran yang salah atau palsu. E. M Blaiklock menjelaskan, “Salah satu tugas Timotius adalah melawan kegiatan-kegiatan jahat dari orang-orang yang berusaha mempersukar Injil da meniadakan kesederhanaan keselamatan Allah bagi rakyat biasa.”[9] Sedangkan Donald C Stamps menjelaskan, “Paulus menasehatkan Timotius agar dia memelihara Injil, memberitakan Firman Allah, menanggung kesukaran dan melaksanakan tugas-tugasnya.”[10]
Dengan demikian jelaslah bahwa tujuan penulisan surat ini adalah Paulus ingin menasehatkan Timotius yang adalah anak rohaninya yang masih muda untuk tetap memelihara Injil yang telah dia terima dari Paulus serta memberitakan injil kepada orang lain. Paulus mau supaya Timotius tidak malu dan berani mempertahankan Injil yang dia terima di tenga-tengah kesukaran yang terjadi. Ia ingin agar Timotius menjadi pelayan Tuhan yang berani sekalipun secara usia ia masih muda dan masih butuh bimbingan dan dorongan. Paulus memotivasi dia untuk mengobarkan karunia yang telah ia terima.

BAB III
OTORITAS ALKITAB SEBAGAI FIRMAN ALLAH
MENURUT  SURAT 2 TIMOTIUS 3:16


A. Mengajar (2 Tim 3:16)

Mengajar dalam bahasa Yunani “διδασκαλια (didaskalia) yang secara literal berarti “teaching, instruction, doctrine, precepts”[11] (mengajar, intruksi,doktrin, ajaran). Alkitab adalah buku yang mengajarkan manusia tentang suatu kebenaran yang mutlak. Alkitab mengajarkan tentang prinsip-prinsip kehidupan. Doktrin merupakan sesuatu dasar dalam kehidupan. Doktrin adalah ajaran-ajaran dalam Alkitab yang disimpulkan atau dirumuskan oleh gereja secara sistematis sehingga menjadi ajaran-ajaran dasar yang diajarkan bagi jemaat. Manton menjelaskan kata doktrin dapat berarti, “Ajaran pada umumnya, yaitu seluruh iman kristiani (I Tim 4:14) atau bagian tertentu dari ajaran Kristen…(doktrin mengenai Allah, manusia, dosa) yakni apa yang diajarkan dalam Alkitab tentang hal-hal tersebut.”[12] Doktrin ajaran pokok kekristenan yang di jabarkan secara sistematis.
            Ketika orang akan membangun rumah pertama ia akan membuat dasar.  Dasar menjadi penentu kekuatan bangunan tersebut. Ketika dasarnya tidak kuat maka itu akan berdampak kepada kekokohan bangunan. Doktrin juga sama halnya, ada banyak orang Kristen yang mudah terombang-ambing karena mereka tidak memiliki doktrin yang kuat. Doktrin juga penentu kehidupan manusia. Ed Bulkley menjelaskan sistem kepercayaan kita adalah dasar dari setiap pemikiran dan tindakan kita dan ia juga menyatakan untuk membantu orang menyelesaikan masalah kehidupan adalah dengan mengajarkan doktrin yang benar.[13] Maksudnya bahwa apa yang di percayai  sebenarnya dimulai dari ajaran yang diterima. Ajaran itu akan membentuk sebuah kepercayaan atau keyakinan, keyakinan itu akan menentukan kehidupannya, karena ajaran itu membentuk paradigma, dan akhirnya membentuk jalan hidupnya. Firman Tuhan bermanfaat membentuk dasar berpijak dan dasar melangkah bagi pemimpin. Ketika ia memiliki dasar yang benar maka lebih mudah untuk melanjutkan langkah-langkah berikutnya.

B. Menyatakan Kesalahan (2 Tim 3:16)

            Menyatakan kesalahan memakai kata, “ελεγχος (elegchos) dalam arti literal “a proof, that by which a thing is proved or tested, conviction”[14] (bukti, yang mana sesuatu dibuktikan atau diuji, hukuman). Artinya membuktikan sesuatu dengan sebuah pengujian. Firman Tuhan menyingkapkan kesalahan, ia sebagai cermin sehingga ketika manusia bercermin akan melihat dosa-dosanya. Firman Tuhan menunjukkan kesalahan yang dilakukan oleh pembacanya.  Tidak ada yang tersembunyi di hadapan Tuhan, Firman Tuhan membukakan dan menelanjangi dosa sehingga dosa itu kelihatan. Ia seperti pedang bermata dua. Firman Tuhan menyingkapkan dosa tersembunyi. Menyatakan kesalahan berkait erat dengan menginsafkan di Yohanes 16:8. "Dan apabila Ia sudah datang, Ia akan menyadarkan dunia akan dosa-dosanya, akan kebaikan Allah yang tersedia bagi mereka, dan akan pembebasan dari penghukuman.” Alkitab merupakan sarana yang dipakai Roh Kudus untuk menginsafkan orang. Alkitab menyadarkan orang akan dosa dan kesalahan yang diperbuatnya. Firman Tuhan berfungsi sebagai cermin, sehingga ketika bercermin akan mengetahui dosa-dosa yang ada dalam dirinya. Alkitab sebagai Firman Tuhan menyadarkan oarang ketika ia sedang melakukan kesalahan. Ia mengingatkan orang percaya setiap saat, sehingga selalu waspada dan berusaha hidup kudus. Seringkali orang lengah dan tidak berhati-hati ketika tidak ada yang mengingatkan dia sehingga akhirnya terjerumus. Firman Tuhan sebagai pengingat yang setiap saat menyadarkan setiap orang percaya yang membacanya sekarang berada dimana dan dalam keadaan bagaimana. Firman Tuhan menjadi alarm yang selalu ada didalam hatinya dan pikirannya. Firman Allah mengindentifikasi dosa, sehingga bisa langsung diselesaikan.
            Dalam era teknologi sekarang Firman Allah dapat digambarkan sebagai software atau program anti virus dalam komputer yang berfungsi mengidentifikasi dan membunuh virus yang masuk. Setiap ada virus yang masuk langsung dapat diidentifikasi dan dihapuskan. Namun demikian software anti virus tersebut harus selalu di up date sehingga terus dapat digunakan sesuai perkembangan. Demikian juga Firman Tuhan harus selalu di up date oleh pemimpin dengan terus belajar sehingga selalu peka terhadap dosa. Warren mengatakan, “Membaca Alkitab setiap hari akan membuat anda tetap berada dalam jangkauan suara Tuhan.”[15] Maksudnya ketika orang percaya terus belajar Kebenaran yaitu Firman Allah maka Firman yang adalah suara Allah akan terus berbicara dan mengingatkan mereka untuk tetap ada dalam kehendak-Nya.

C. Memperbaiki Kelakuan (2 Tim 3:16)

            Memperbaiki memakai kata “επανορθωσις (epanorthosis) yang memiliki arti restoration to an upright or right state (perbaikan atau pemulihan ke yang lurus atau bagian yang benar, correction (pembetulan, koreksi), improvement of life or character (perbaikan kemajuan hidup atau karakter)[16] Firman Tuhan bermanfaat mengoreksi kelakuan, dengan mengoreksi mengetahui apakah hidupnya sudah sudah benar dihadapan Tuhan. Ia meluruskan kembali apa yang salah. Ketika orang percaya sudah mulai menyimpang, Firman Tuhan berkuasa untuk meluruskan kembali jalannya. Pengertian memperbaiki juga membenahi sehingga lebih baik dari yang sebelumnya. Firman Tuhan membawa perubahan kearah yang lebih baik kepada yang mempelajarinya. Memperbaiki berarti membuat lebih baik, mengalami kemajuan. Dengan mendalami Firman Tuhan maka Firman Tuhan dengan pertolongan Roh Kudus akan mengubah kehidupan pemimpin secara moral kearah yang lebih baik. Ia akan mengalami pertumbuhan.
Memperbaiki juga artinya membuang apa yang tidak berguna yang menghambat pertumbuhan. Orang percaya harus belajar tinggal dalam Firman Allah dan Firman Allah didalamnya, sehingga Firman akan membersihkan dirinya. (Yoh 15:1-3). Firman Tuhan membersihkan hal-hal yang tidak berkenan sehingga kehidupan pemimpin lebih baik dan mengalami pertumbuhan yang sehat. Firman Tuhan menguduskan, seperti yang tertulis dalam Yohanes 17:17, “Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; Firman-Mu adalah kebenaran.” Roh Allah memakai Firman Tuhan untuk mengubah hidup setiap orang percya untuk menjadi serupa dengan Yesus.
Orang percya harus memenuhi pikirannya dengan kebenaran, sehingga kebenaran yang akan menggubahkan hidupnya menjadi pribadi yang berbeda dengan dunia. Kebenaran yang memenuhi pikirannya akan membentuk perkataan dan perbuatannya dan hal itu akan membentuk karakternya. Firman Tuhan berkata, “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” (Rm 12:2). Pembaharuan pikiran dimulai ketika orang percaya mengisi pikirannya dengan Kebenaran, Kebenaran tersebut akan memenuhi dan menguasai pikirannya dan mengubah paradigma yang lama. Kebenaran mengubah pola pikir atau mind set orang percaya.(2 Kor 5:17) Kebenaran menghasilkan pembaharuan yang bersifat progresif, yaitu berubah kearah yang lebih baik atau meningkat. Ketika pikiran sudah dikuasai kebenaran maka orang percaya akan mengerti kehendak Allah apa yang baik, berkenan dan yang sempurna.

D.  Mendidik dalam Kebenaran (2 Tim 3:16)

            Mendidik memakai kata “παιδεια (paideia) yang memiliki arti secara literal ” the whole training and education of children” (pelatihan dan pendidikan anak) “which relates to the cultivation of mind and morals” (yang mana dihubungkan dengan pengembangan pikiran dan moral), “instruction which aims at increasing virtue” (pengajaran dimana mengarahkan peningkatan kebaikan, “chastisement” (penyucian)[17] Dari pengertian ini memiliki arti menghajar untuk lebih baik. Kata ini diterjemahkan dengan berbagai kata yang akar katanya adalah “hajar”. Barnes New Testament Notes menjelaskan tentang mendidik dalam kebenaran,
Instruction in regard to the principles of justice, or what is right. Man needs not only to be made acquainted with truth, to be convinced of his error, and to be reformed; but he needs to be taught what is right, or what is required of him, in order that he may lead a holy life…
life.[18]

(Untuk instruksi dalam kebenaran. Instruksi dalam hubungan dengan asas hukum, atau apa yang benar. Manusia tidak perlu hanya untuk dibuat kenal dengan kebenaran, untuk meyakinkan kesalahannya, dan untuk diperbaiki;  tetapi ia perlu untuk diajar apa yang benar, atau apa yang diperlukan dari kebenaran…di mana ia mungkin memimpin suatu hidup kudus …)

Mendidik dalam kebenaran dalam pengertian menjadikan kebenaran menjadi asas dalam kehidupan dan bukan hanya diajar tentang kebenaran, tetapi diajarkan tentang apa yang benar untuk dilakukan untuk menjadi hidup kudus. Firman Tuhan menjadi prinsip dalam kehidupan dan semua aspek kehidupan. Firman Tuhan menjadi Pelita (Mzm 119:109). Firman Tuhan menjadi materi yang dipelajari untuk hidup benar. Firman Allah mendidik tentang kebenaran dan dalam kebenaran, ini memiliki pengertian kebenaran bukan hanya materi yang dipelajari, tetapi panduan dalam berperilaku. Panduan dalam memutuskan, panduan dalam hidup benar. Seseorang harus menjadikan dirinya pribadi mau mau dididik dalam kebenaran. Integritas akan dibangun dalam kebenaran dan dengan kebenaran. Firman Tuhan menjadi asas dalam membentuk integritas. Orang percaya menjadi murid Allah ketika ia mau dididik oleh Firman Tuhan. Seseorang tanpa Firman Tuhan tidak akan pernah berjalan dalam kebenaran dan tidak dapat menjadi orang yang berintegritas. Dengan kata lain seseorang harus mau dididik dalam prinsip-prinsip kebenaran untuk menjadi orang yang berintegritas dan ini tidak bisa ditawar.
BAB IV
PENUTUP

Dari uraian makalah diatas dapat disimpulkan bahwa Alkitab adalah Firman Allah yang berkuasa. Buku yang diilhami oleh Roh Kudus dan memperlengkapi manusia untuk setiap perbuatan baik (2 Timotius 3:17).
Alkitab sebagai Firman Allah berkuasa untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan dan mendidik dalam kebenaran. Ini merupakan butir pertama dari pengakuan GBIS sebagai satu oganisasi yang mengakui Alkitab adalah Firman Allah.


[1] Derek Prince, Dasar Iman seri 1, (Jakarta: Yayasan Immanuel,) hal 41
[2] G.C Van Niftrik dan  B.J Boland, Dogmatika masa kini (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000).  hal 390
                [3] Soedarmo, Ikhtisar Dogmatika (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 19820, hlm. 51
                [4] David. H Soesilo, Mengenal Alkitab Anda (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2001), hlm. 151
                [5] John Stott, Memahami Isi Alkitab (Jakarta: Persekutuan Pembaca Alkitab, 2000), hlm. 149
[6] A.A Sitompul, Bersahabat dengan Alkitab (Jakarta: Gunung Mulia, 1986),  hlm. 2
[7]Gordon D Fee dan Douglas Stuart, Hermeneutik (Malang: Yayasan Gandum Mas,  2000) , hal. 6
                [8] Charles F. Pfeiffer dan Everett F. Harrison, The Wycliffe Bible Commentary (Malang: Gandum Mas, 2004),Vol 3,  hlm. 859
                [9] E. M Blaiklock, Surat-surat Penggembalaan (Malang: Gandum Mas, 1981), hlm. 9
                [10] Donald C. Stamps, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, (Malang: Gandum Mas, 2000), hlm. 139
[11]“2 Timotius 3:16” CD. ROM. Bibleworks
[12] M E. Manton, Kamus Istilah Teologi Inggris-Indonesia (Malang: Gandum Mas, 2000), hlm. 54
[13] Ed Bulkley, Mengapa orang Kristen tidak boleh mempercayai Psikologi  (Bandung: Cipta Olah Pustaka, 2005), Hlm. 339
[14] “2 Timotius 3:16” CD.ROM. Bibleworks
[15]  Rick Warren. Purpose Driven Life (Malang: Gandum Mas, 2007),  hlm. 208
[16] “2 Timotius 3:16” CD. ROM. Bibleworks
[17] “2 Timotius 3:16”, CD.ROM, Bibleworks
[18] “2 Timotius 3 :16”, Barnes New Testament Note, CD.ROM. Sabda.OLB

1 komentar: