Jumat, 08 Mei 2015

Selasa, 05 Mei 2015

Kuasa Terselubung Dari Pelecehan Spiritual



RESENSI BUKU

JUDUL BUKU          : Kuasa Terselubung Dari Pelecehan Spiritual
Penulis                         : David Johnson dan Jeff Van Vonderen
Penerbit                       : Nafiri Gabriel, Jakarta
Tahun Terbit                : 2000
Jumlah Halaman          : 357 Halaman
Warna Cover               :

RINGKASAN

Pelecehan bukan hanya berlaku di luar gereja, pada kenyataanya pelecehan juga terdapat dalam gereja, yang sifatnya terselubung dan jarang muncul kepermukaan bahkan ada banyak orang yang tidak sadar tentang adanya pelecehan dalam gereja. Pelecehan bukan lagi istilah yang hanya berlaku bagi dunia di luar gereja. 
Dalam buku ini penulis menjelaskan bahwa dalam gereja telah terjadi pelecehan baik itu yang diketahui maupun yang terselubung dan jarang di bicarakan atau diangkat kepermukaan. Pelecehan bukan hal yang baru dan menurut penulis yang sering menjadi subjek serta jemaat sebagai objek dari pelecehan. Penulis mengungkapkan bahwa terkadang para pemimpin terperangkap sebagai pelaku pelecahan, karena berbagai factor yang biasanya masalah jabatan, beban agama, citra seorang pemimpin yang harus dipertahankan. Buku ini dibagi kedalam tiga bagian, bagian pertama menjelaskan tentang pelecehan dan korban-korbannya, bagian kedua membahas tentang para pemimpin sebagai pelaku pelecehan dan bagaimana mereka bisa terperangkap. Bagian ketiga Penyembuhan pasca pelecehan.
Bagian pertama dipaparkan pengertian pelecehan yaitu perlakuan yang salah terhadap seseorang yang membutuhkan pertolongan, dukungan atau bantuan spiritual yang lebih besar sehingga menyebabkan melemahnya, menurun,  atau merosotnya kehidupan spiritual orang tersebut. Pelecehan spiritual bisa terjadi bila seseorang pemimpin menggunakan posisi spiritualnya  untuk mengendalikan  atau mendominasi orang lain. Pelecehan spiritual juga bisa terjadi bila spiritual dipakai untuk membuat orang lain hidup menurut suatu standar spiritual.  Menurut penulis istilah yang dipakai yaitu “pelecehan” bukanlah sebuah istilah yang kasar karena menurut pengalamannya penggunaan “pelecehan” dalam bidang konseling dibenarkan dan istilah ini bukan untuk mencemarkan nama orang lain. Sebagai sesuatu yang bukan baru lahir, pelecehan telah mewarnai kisah dalam Perjanjian baru, dengan memakai istilah Ular beludak (Matius 12:34), Serigala yang buas (Matius 7:15), Legalisme (Gal 6:12-13).
 Biasanya yang menjadi korban pelecehan spiritual adalah orang yang mengembangkan citra diri yang salah, memiliki masalah berhubungan dengan otoritas spiritual, memiliki kesulitan mengenai kepercayaan. Dll. Jebakan yang yang sering terjadi dalam pelecehan adalah, perasaan malu yang mencolok, berfokus pada prestasi, penyembahan berhala. Sistem yang bersifat melecehkan adalah sikap seorang pemimpin yang  yang berpusat pada otoritas sendiri dan mengingatkan orang lain tentang hal itu, terikat oleh prestasi, aturan-aturan yang tidak diucapkan, kurang seimbang.
Dengan jebakan-jebakan tersebut akhirnya tidak bisa keluar. dalam pelecehan spiritual selalu berhubungan dengan pemakaian ayat-ayat Alkitab yang tidak pada konteksnya. Menggunakan ayat-ayat Alkitab untuk dapat mengetahui “tekhnik-tehnik” berbuat benar sehingga berkat Allah tercurah. Memakai ayat supaya jemaat dapat melakukan sesuatu yang menjadi keberhasilan secara rohani. Hidup benar dengan Allah bisa dicapai dengan menjalani Taurat. Allah tidak memberikan hokum taurat sehingga orang bisa berhubungan dengan Allah berdasarkan tingkah lakunya yang sejalan dengan hokum taurat.
Menurut buku ini ada tiga alasan mengapa Allah memberikan Hukum Taurat, pertama: supaya kita dapat melihat bahwa kita telah berdosa, kedua meyakinkan bahwa kita tidak berdaya dengan usaha-usaha kita mencapai sasaran, ketiga membawa kita masuk ke dalam hubungan yang berlimpah kasih karunia dengan Allah atas dasar karya-Nya sendiri melalui Kristus.  Hukum taurat adalah penuntun (tutor) kepada Kristus. Setelah samapi kepada Yesus tidak perlu hokum Taurat. 
Bagian kedua para pemimpin yang melakukan pelecehan spiritual. Banyak pemipin yang legalistic mengendalikan bahkan melecehkan yang telah kehilangan pandangan, atau tidak pernah mengalami hidup dalam kasih karunia. Biasanya yang sering menjadi alasan pemimpin adalah kerena dia seorang pendeta yang diberikan otoritas oleh Allah, sehingga harus didengarkan serta memiliki kuasa. Penulis memaparkan beberapa hal dengan memakai kasus yang terjadi dalam gereja yang merupakan tindakan pelecehan spiritual yamg  salah satunya dengan penggunaan ayat Alkitab yang tidak sesuai dengan konteksnya untuk dijadikan sebagai dasar dalam menguatkan suatu kebenaran.
Pelecehan merupakan suatu perangkap dan jarang orang bisa keluar dari dalamnya, bahkan banyak jemaat yang takut untuk mengekpos bahwa telah terjadi pelecahan terhadap dirinya karena berbagai alasan. Cara-cara pelecehan sampai hari ini tetap sama yaitu: adanya pengabaian terhadap kebutuhan yang sesungguhnya demi terpenuhinya « kebutuhan » otoritas, kemudian legalisme menggantikan kelegaan di dalam Allah dengan tuntutan prestasi spiritual.
Dalam bagian ini meyingkapkan kepada kita masalah lain dalam menempatkan beban tuntutan yang berat keatas diri orang-orang yang sedang bergumul dengan cara menyalahgunakan atau melecehkan ayat-ayat Alkitab, bukannya menggunakan Firman Tuhan sebagai sebilah pedang untuk menusuk atau membedakan pertimbangan dan pikiran kita, banyak pemimpin rohani telah menggunakannya sebagai sebuah tongkat untuk mencegah orang lain, karena berbagai alasan untuk mencegah orang lain menyerahkan  tanggung jawab kepada mereka; untuk membenarkan doktrin yang mendasari seluruh pelayanan; untuk mempertahankan pemasukan dana; untuk membangun kerajaan-kerajaan religius dengan tujuan mendukung harga diri spiritual mereka sendiri. Para pemimpin mengukur kerohanian dengan ketaatannya pada program-program gereja.
Bagian ketiga dari buku menjelaskan bagaimana melepaskan diri dari perangkap pelecehan spiritual. Ia mengganggap bahwa system  bersifat nelecehkan spiritual adalah suatu perangkap spiritual, ia menjelaskan bahwa perangkap adalah sesuatu yang mudah masuk dan sulit keluar, sehingga butuh cara yang tepat untuk bisa keluar. Respon pertama adalah keluar dan kedua berjuang. Ia memberikan beberapa cara seperti pembaharuan pikiran, kembali kepada focus yang benar
Para pemimpin tidak lagi memberikan dirinya untuk kesejahteraan kawanannya, tetapi sebaliknya para pemimpin memamfaatkan  kawanannya untuk kesehjahteraan dirinya sendiri. Para pemimpin bukanya menggunakan kekuatan, ototritas dan pengetahuan mereka untuk membangun, melindungi, dan merawat, tetapi sebaliknya mereka menggunakan kualitas-kualitas itu untuk mengamankan kekuasaaan, kendali, dan pengukuhan mereka sendiri. Penulis  memberi jalan keluar untuk keluar dari perangkap pelecahan yang sedang terjadi.

TANGGAPAN TERHADAP BUKU

A. Kelebihan
a. Sistematis
Dalam penyajiannya, penulis memaparkan secara sistematis dengan membagi tulisan ini dalam tiga bagian, yaitu bagian pertam penulis memaparkan tentan seluk beluk pelecehan spiritual dan korban-korbanya, bagian kedua penulis memaparkan tentang pelaku pelecehan dan alas an-alasan terjadi pelecahan, serta dibagian ketiga yaitu bagian akhir ia memaparkan solusi untuk keluar dari pelecehan Spiritual.

b. Tata Bahasa
Bahasa yang digunakan sederhana dan mudah dimengerti oleh pembaca, sehingga buku ini dapat dikomsumsi oleh semua kalangan. Tidak terlalu banyak menggunakan istlah-istilah asing.

c. Penyampaian
Dalam penyajian penulis mengungkapkan dengan fakta-fakta yang ada, ia memakai kasus-kasus yang sudah terjadi di dalam gereja. Ia berusaha meyakinkan bahwa masalah ini tidak dapat dibiarkan dengan penyajikan kasus-kasus yang tidak bisa dianggap sepele dan dapat dihiraukan. Fakta yang ada membuat buku ini dapat di pertanggungjawabkan dan lebih meyakinkan pembaca tentang telah terjadinya pelecehan dalam lingkungan gereja.

Kelemahan

Penulis menjelaskan dalam uraiannya bahwa keselamatan hanya kasih karunia, bukan karena usaha kita, ia menjelaskan pelecehan terjadi dengan orang menambahkan keselamatan dengan perbuatan baik yaitu setelah beban dosa disingkirkan demi keselamatan, kemudian kita memikul muatan perbuatan pribadi untuk penyucian, pelayanan, menerima berkat yang lebih lanjut (hlm 227).
Menurut pendapat saya pandangannya ini baik di satu sisi bahwa tidak ada usaha manusia dalam hal keselamatan karena Allah yang memberikan dengan cuma-cuma dan kita tidak dapat menambah sesuatupun untuk keselamatan tersebut, tetapi bukan sampai disitu setelah kita selamat bukan berarti akhir dari segalanya kerena Yesus juga berkata orang yang mngikut Dia harus memikul salibnya. Dengan pengertian bahwa keselamatan itu sekali untuk selamanya tetapi dalam keselamatan itu ada proses-proses yang harus kita jalani yang tujuannya menjadi serupa dengan Kristus, yaitu dengan pengudusan setiap hari (Luk 14:27).
Penulis berusaha untuk mengungkap masalah-masalah internal yang terjadi didalam gereja yang pelakunya adalah para pemimpin rohani. Ia mengungkapkan kisah-kisah dimana telah terjadi pelecehan yang sering kali terselubung dan jarang ada orang yang mau menungkapkannya, karena beberapa alasan. Dalam bukunya ini, ia mengekspos kisah-kisah yang menunjukkan bahwa telah terjadi pelecehan dalam gereja. Ia dengan serius menyatakan bahwa ini adalah masalah yang besar sulit dideteksi dan di selesaikan karena ini suatu merupakan sebuah system yang begitu sulit untuk ditembus dan system ini telah menjadi perangkap dimana orang yang menjadi pelaku dan korban sulit keluar. Ia mengungkapkan bahwa ada begitu banyak para pemimpin yang terlibat dalam pelecehan ini baik secara langsung maupun tidak langsung, baik secara sadar maupun tidak sadar.
Dalam membuktikan tesisnya ia memakai kasus-kasus yang telah terjadi dan itu baik tetapi tidak semua apa yang diutarakannya bisa diterima, karena ada sisi negatif dari tulisannya yaitu: bahwa ia menafsirkan kebebasan, kasih karunia diatas segalanya tanpa dia melihat adanya tanggung jawab orang percaya dalam kasih karunia dan kebebasan yang selaras dengan Firman Allah. Pendekatan yang ia lakukan adalah pendekatan bahwa semua adalah kasih karunia dan seringkali menyampingkan tanggung jawab manusia sebagai anak Allah, sebagai orang yang harus menghasilkan buah, menunjukkan buah-biha pertobatan (Lukas 3:8). Ia menekankan masalah hubungan dengan Tuhan yang berlaku secara pribadi dan tidak bisa diukur, namun mengesampingkan hal-hal lahiriah dari hubungan tersebut. Karena apa yang ada dalam hati akan terpancar melalui perbuatan, dan iman tanpa perbuatan pada hakekatnya mati. Memang disatu sisi ia menentang suatu system yang membuat orang percaya kembali kedalam hukum taurat, tetapi disisi lain ia meniadakan sesuatu yang juga penting. Seperti perintah-perintah yang memang dituntut Allah dari manusia dengan suatu ketaatan mutlak.
            Buku ini juga secara langsung menyerang denominasi yang mengadakan penginjilan untuk dibawa ke gerejanya. Ia mengkritik bahwa kebanyakan gereja telah ada dalam system perangkap ini.

Kerajaan Allah



KERAJAAN ALLAH
(Teologi Perjanjian Baru, oleh Donald Guthrie, Buku II,  Hal 22- 46)
Oleh: Morris Yosafat Hutabarat

I. PENDAHULUAN

Kerajaan Allah merupakan tema yang menjadi motif untuk menetapkan batasan-batasan serta memberikan pola bagi pesan yang disampaikan oleh Injil-Injil. Pengajaran tentang Kerajaan Allah merupakan salah satu pokok utama misi Kristus di Bumi. Tuhan sebagai Raja menunjukkan bahwa Allah mempunyai kerajaan dimana Ia sebagai raja yang dalam hal ini Ia sebagai yang berkuasa atas alam semesta. Pada saat Kristus ada dibumi, Ia memandang pekerjaan-Nya  sebagai upaya untuk mengungkapkan kehadiran kerajaan Allah. Untuk menjelaskan tentang kerajaan Allah kita perlu memahami bagaimana Penulis Alkitab menjelaskannya.

BAB II
ISI

A. Kitab-Kitab Injil Sinoptik

1. Arti Kerajaan dalam Perjanjian Baru
Kerajaan Allah berasal dari bahasa Yunani “Basileia” yang memiliki pengertian kerajaan. Namun istilah ini tidak berarti  suatu wilayah pemerintahan  seorang raja, melainkan perbuatan atau aktivitas pemerintahan.  Kerajaan Allah merupakan pemerintahan Allah atas ciptaan-Nya, dimana ia menunjukkan kedaulatan dan kekuasaan-Nya atas segalanya. Markus memperkenalkan dengan kata-kata, “…memberitakan Kerajaan Allah…waktunya telah genap, Kerajaan Allah sudah dekat”(Mar 1: 14-15). Matius menjelaskan, “ Yesuspun berkeliling… dan memberitakan Injil Kerajaan Allah” (Mat 4:23). Pandangan pendahuluan Lukas tidak menyebutkan Kerajaan Allah tetapi didalamnya ada kutipan  dari Yesaya mengenai kedatangan Kerajaan dan menghubungkannya dengan penegasan Yesus, “Hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya’ (Luk 4:21).[1] Basileia juga berarti bukan hanya sekedar pemerintahan melainkan juga merupakan anugerah keselamatan yang diberikan Allah kepada manusia.

2. Latar Belakang Orang Yahudi
Dalam Perjanjian Lama gagasan tentang Kerajaan Allah sudah ada, dan juga masih akan datang. Ladd menjelaskan bahwa ada dua pengharapan dalam Yudaisme, yang pertama pengharapan nabi yang memperkirakan bahwa kerajaan itu akan timbul dari sejarah dan akan diperintah oleh seorang keturunan Daud seperti kerajaan dunia (Yes 9, 11). Dan yang kedua pengharapan apokalitpis adanya kerajaan  Transedental ( Dan. 7). Ada gerakan dalam Yudaisme yang berkenaan dengan pendirian Kerajaan Allah, yaitu kaum Zelot. Mereka adalah golongan orang-orang Yahudi Radikal  yang tidak sabar menantikan Allah membawa kerajaanNya, tetapi ingin mempercepat kedatangan-Nya dengan Pedang. Menurut Yudaisme, kedatangan kerajaan Allah diharapkan merupakan tindakan Allah untuk mengalahkan musuh-musuh Israel yang jahat dan mengumpulkan umat Israel dibawah pemerintahaan Allah sendiri.[2]

3. Bukti Tentang Kerajaan Masa Kini
Yesus mengawali pelayanan-Nya dengan memberitakan “waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat.” Pernyataan ini memberi kesan bahwa dengan kedatangan Yesus akan ada suatu peristiwa penting akan terjadi, ini jelas membuktikan bahwa pekerjaan Yesus merupakan perwujuban kerajaan itu. Green mengutip kata-kata Beasley Murray, “waktu yang telah lama dinantikan itu sekarang telah tiba dan Kerajaan Allah yang akan mencakup seluruh dunia itu telah memulai perjalanannya.”[3]  Lukas menjelaskan kekinian kerajaan Allah dengan menyatakan bahwa kerajaan Allah ada diantara kamu (Luk 17:2-21). Sifat Kekinian Kerajaan bukanlah dimaksudkan secara politis, bukanlah sesuatu yang dapat kelihatan atau adanya wilayah kekuasaan. Matius menghubungkan kerajaan Allah dengan pengusiran setan-setan dan memandang kuasa atas roh jahat sebagai bukti bahwa kerajaan Allah sudah datang (Mat 12: 28). Pemberitaan  Yesus adalah bahwa Allah telah datang ke dalam sejarah manusia dan telah menang atas kejahatan. Kerajaan Allah kini berarti bahwa Allah sedang bekerja di antara manusia untuk melepaskan mereka dari belenggu Iblis. Allah sedang bekerja untuk menyerang Iblis.

4. Bukti Tentang Kerajaan Masa Depan
Injil sinoptik menjelaskan bahwa Kerajaan Allah bukan hanya kini tetapi juga Kerajaan Allah masa depan. Yesus dalam pengajaran tentang akhir zaman berhubungan dengan Kerajaan yang akan datang yang bersifat eskatologis. Yesus memakai kata-kata, “datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu, “Empunya kerajaan Surga”, “Hari terakhir”, Sebagai Raja dalam Kerajaan-Nya, “Ia datang dalam kemuliaan Bapa-Nya.” Ini semua menjelaskan bahwa Kerajaan itu bukan hanya masa kini tetapi juga masa depan, bahkan masa depanlah yang menjadi wujub nyata dari kerajaan itu. Ladd menjelaskan bahwa, “Kerajaan Allah adalah pemerintahan rajani Allah yang terdiri dari dua momentum, yaitu penggenapan janji-janji Perjanjian lama dalam Misi Yesus secara Historis dan konsumasi pada akhir zaman, penantian yang akan datang.”[4] Jadi kerajaan Allah di masa depan adalah penggenapan atau keseluruhan pemerintahan Allah yang berkuasa dan berdaulat atas segalannya. Yesus menjelaskan Kerajaan eskatologis dengan mewarisi hidup kekal  dan masuk kedalam kerajaan Allah di masa yang akan datang.

5. Aspek-aspek Kerajaan
a. Teosentris.
Secara mendasar kerajaan Allah berarti bahwa Allah merupakan Penggerak dan pendorng utama, Allah yang bertindak dalam sejarah. Ridderbos menjelaskan bahwa kerajaan Allah semata-mata berasal dari Allah dan merupakan penyataan Kemuliaan Allah.
b. Dinamis
Kerajaan Allah adalah sesuatu yang bersifat aktif yang melibatkan seluruh pelayanan pekerjaan Yesus (Luk 12:18). Dalam pengertian selalu mengalami kemenangan dan dapat mengalahkan si jahat.
c. Sifat Mesianis
Dalam Kerajaan Allah Peran mesianis Yesus selalu terkait dengan Kerajaan. Sifat mesianis mejelaskan sifat yang supra nasional dari Dia yang datang, yang bertindak dalam penghakiman dengan kapak dan penampi pada tangan-Nya. Mesianis menunjukkan Anak Manusia ada datang sebagai Raja dalam kerajaan-Nya. (Mar 9:1).
d. Keselamatan
Dengan datangnya kerajaan-Nya, Allah memperlihatkan diri-Nya sebagai  raja yang aktif menjangkau umat-Nya untuk menyelamatkan dan menjangkau mereka. Kerajaan Allah sebagai wujub dari keselamatan bagi orang yang meresponi panggilan Allah untuk masuk dalam kerajaan Allah. Kedatangan Kerajaan Allah adalah membawa keselamatan bagi umat manusia dan memiliki hidup kekal bersama dengan Allad dalam Kerajan-Nya.

6. Warga Kerajaan
Yang berhak menjadi warga Kerajaan adalah orang yang menanggapi panggilan Allah dan orang yang menyerahkan hidupnya kepada Allah. Yesus menjelasn orang-orang yang berhak menjadi warga Kerajaan dengan Ucapan Bahagia, seperti seorang anak kecil  (Mar 10:13-16), perumpamaan tentang domba dan kambing (Mat 25-31-46). Jadi yang menjadi warga kerajaan Allah adalah orang yang menerima kerajaan itu dengan iman dan hidup sebagai warga kerajaan yang baik.

7. Rahasia Kerajaan
Rahasia atau misteri kerajaan Allah adalah kedatangan kerajaan dalam sejarah lebih dahulu dari manifestasi apokaluptisnya. Misteri adalah satu penyingakapan baru atas maksud Allah untuk mengembangan  Kerajaan-Nya. Dalam Injil sinoptik rahasia Kerajaan itu dijelaskan dalam perumpamaan tentang Kerajaan Allah.
1. Empat macam tanah
Perumpamaan ini mejelaskan bahwa kerajaan Allah telah datang kedalam dunia, tapi hanya disambut oleh sebagian orang. Kerajaan hanya berhasil sebagian sesuai dengan tanggapan manusia.
2. Lalang
Perumpamaan tentang lalang menyatakan pertumbuhan kerajaan yang pasti. Kerajaan itu itu hidup di masa kini dan bercampur baur dalam suatu masyarakat yang berdosa. Hanya kedatangan Kerajaan Eskatologislah yang membuat adanya pemisahan. (Mat 13)
3. Biji Sesawi. (Matius 13:31)
Dalam perumpamaan ini dijelaskan bahwa Kerajaan digambarkan dengan benih yang sangat kecil, namun bertumbuh menjadi pohon yang sangat besar, ini menunjukkan kepastian tentang  tentang kehadiran kerajaan Allah yang sesungguhnya. Kerajaan Allah akan menjadi tempat perlindungan bagi orang banyak
4. Ragi. (Matius 13: 33)
Perumpamaan ini menjelaskan bahwa kerajaan itu telah hadir dengan kuasa tetapi sangat sedikit orang yang menyadari kehadirannya, namun kerajaan Allah akan memerintah seluruh dunia. Kerajaan Allah akan bekerja secara tersembunyi sampai menyebar keseluruh masyarakat
B. Tulisan-tulisan Yohanes

 Dalam injil Yohanes hanya dua perikop yang menyatakan gagasan tentang Kerajaan Allah. Green menjelaskan bahwa walaupun Kerajaan Allah hanya mencul dua kali dalam Injil Yohanes, fakta ini tidak boleh kita jadikan alasan untuk beranggapan bahwa konsep ini bukanlah sesuatu yang penting, sebaliknya Yohanes menggarisbawahi signifikansi dari kerajaan Allah sejauh yang dilakukan penulis lainnya. Yohanes memakai istilah pengganti yaitu “Hidup” atau “hidup yang kekal” untuk mengkomunikasikan ide yang sama.[5] Yohanes mencoba menjaskan istilah yang berbeda namun memiliki pengertian yang sama. Hidup kekal merupakan hal yang ada dalam Kerajaan Allah, sehingga memperoleh hidup kekal berarti masuk kedalam Kerajaan Allah.

C. Paulus

Kerajaan Allah bukanlah tema utama dalam surat-surat Paulus, tetapi gagasan ini muncul tiga belas kali dalam surat-suratnya. Paulus lebih mengarah kepada syarat-syarat yang ditetapkan untuk memasuki kerajaan itu. Karena menurut dia Yesus telah menjelaskan arti kerajaan Allah, sehingga setiap orang sudah mengetahuinya. Paulus menggambarkan kerajaan Allah bukanlah hal-hal lahiriah seperti soal makanan dan minuman (Rom14:17), melainkan damai sejahtera. Paulus menjelaskan bahwa Kerajaan dirancang bagi orang-orang yang murni secara moral (I Kor 6:11). Paulus juga memiliki pemahaman bahwa kerajaan Allah juga menunjuk masa depan (I Tes 1:5).





D. Bagian-Bagian Dari Perjanjian Baru

1.   Surat Ibrani menghimbau agar pembaca bersyukur karena mereka telah menerima kerajaan yang tidak tergocangkan. Ini menyatakan pengalaman masa kini dan pengharapan masa depan. (Ibr 12:28)
2.   Surat Yakobus menyebutkan orang-orang yang kaya dalam iman yang menjadi ahli waris. (Yak 2:5)
3.   II Pet 1:11 memuat tentang hak penuh untuk memasuki kerajaan Kekal.
4.   Wahyu memuat banyak mengenai kerajaan.
þ  Warga kerajaan, yaitu mereka yang telah dibebaskan dari dosa oleh darah-Nya.
þ  Pemberitaan Tentang Kerajaan Allah yang dinyatakan dengan suatu suara sorgawi (Wah 12:10)
þ  Yerusalem baru sebagai pusat dari Kerajaan dan tahta Allah dan Anak Domba (Wah 22:1).
þ  Tentang pemerintahan yang dipegang oleh Tuhan dan Dia yang diurapi-Nya (Wah 11:15)

BAB III
KESIMPULAN

Semua penulis dalam Perjanjian Baru sepakat bahwa Kerajaan Allah bukanlah hal jasmani, tetapi lebih merupakan pemerintahan, kedaulatan dan kekuasaan Allah atas semuanya. Dan kerajaan Allah bersifat kekinian dan masa akan datang. Masa kini digenapi seluruhnya di masa akan datang. Kerajaan Allah sudah datang dan akan datang.


Daftar Pustaka
Guthrie, Donald. Teologi Perjanjian Baru, 3 Jilid. Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1995
George Eldon Ladd, Teologi Perjanjian Baru, 3 Jilis. Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2002
Joel B. Green, Memahami Injil-Injil dan Kisah Para Rasul. Jakarta : Persekutuan Pembaca Alkaitab, 2005



.



















[1] George Eldon Ladd, Teologi Perjanjian Baru, Jil 2 (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2002), hlm 72
[2] Ibid, hlm. 80
[3] Joel B. Green, Memahami Injil-Injil dan Kisah Para Rasul (Jakarta : Persekutuan Pembaca Alkaitab, 2005), hlm. 205
[4] Ladd, op.cit. hlm. 77
[5] Green, op.cit, hlm. 199

Ringkasa Teologi Perjanjian Baru



Judul                           : Teologi Perjanjian Baru 1
Penulis                         : Donald Guthrie
Penerbit                       : BPK Gunung Mulia
Tahun                          : 1995
Bahasan                       : Kristologi (Hal 243-388)

RINGKASAN

Yesus sebagai Manusia
a. Injil-Injil Sinoptik
Markus lebih memusatkan perhatian pada Yesus sebagai manusia, dilain pihak Matius dan Lukas memusatkan perhatian pada permulaan kehidupan Yesus sebagai  manusia, dengan mengikutsertakan kisah kelahiran Yesus. Ketiga Injil sinoptik mengganggap pembaptisan Yesus sebagai permulaan pelayanan-Nya dan menggambarkan Yesus dengan latar belakang kehidupan orang-orang Yahudi, bersama dengan ahli-ahli taurat, orang Farisi, orang-orang Saduki dan pengikut Herodes.
b. Yohanes
Lebih banyak menekankan tentang Keilahian Yesus, namun kitab ini juga mendukung kemanusiaan.
c. Kisah Para Rasul, Dalam kitab ini Yesus disebut Yesus Kristus, orang Nazaret.
d. Paulus, Ia tidak memberikan gambaran langsung mengenai pribadi Yesus, namun ia lebih banyak berbicara tentang sifat-sifat Yesus yang cukup bernilai bagai

e. Surat Ibrani memperkenalkan Yesus sebagai Anak Allah yang ditinggikan, sesudah itu ia memberikan perincian mengenai keadaan kemanusian-Nya.
f. Kitab Wahyu berpusat pada Kristus Sorgawi yang telah bangkit, karena itu hanya ada sedikit penekanan pada kemanusianya.

Yesus Sebagai Manusia yang tidak berdosa

a. Injil Sinoptik tidak melukiskan ketidakberdosaaan-Nya secara langsung, namun mempersiapkan kita untuk menerima uraian yang lebih khas dalam Injil Yohanes dan pernyataan tegas yang pasti dalam surat-surat kiriman.
b. Tulisan-Tulisan Yohanes menyatakan secara tidak langsung mengenai ketidak berdosaan dalam Yoh 8:44,
c. Paulus secara jelas menyatakan bahwa Yesus tidak berdosa (II Korintus 5:21).

Mesias
a. Latar belakang Yahudi dalam hal ini dalam PL banyak disebutkan tentang masa kemesiasan yang akan datang yang menawarkan masa depan yang cerah bagi umat Allah.
b. Kitab-kitab Injil Sinoptik memberikan informasi mengenai pengharapan umum akan mesias pada waktu itu. Matius melaporkan bahwa para penasehat berbangsa Yahudi dari Raja Herodes mampu memberitahukan secara langsung bahwa Mesias akan dilahirkan di Bethelem (Mat 2:3-5). Lukas mencatat kebingungan orang banyak apakah Yohanes Pembaptis adalah Mesias.
Hamba
a. Latar Belakang dalam Perjanjian Lama, ungkapan bahasa Yunani pais theou dapat berarti Anak Allah atau Hamba Allah, dalam kebanyakan kasus pada masa antara PL dan PB ungkapan tersebut mempunyai arti “Hamba Allah”. Penggunaan ungkapan ini meneruskan penggunaan kata eved atau eved YHwh dalam PL, yaitu kata “hamba” dipakai dengan makna religius. Zimmerli mencatat  lima penggunaan PL yang berbeda, yaitu:
v  cara orang saleh menyebutkan diri dihadapan Tuhan
v  “hamba-hambat Tuhan” yang menunjukkan orang-orang saleh
v  eved Yhwh dalam bentuk tunggal sebagai penggambaran Israel
v  eved Yhwh sebagai gelar khusus untuk menggambarkan orang-orang yang dipakai Tuhan secara istimewa.
v  Hamba Allah yaitu mesias, yang hanya ditemukan dalam bentuk hambaku dan dalam hal ini pembicaranya adalah Allah.
c. Injil Yohanes, nyanyian-nyanyian hamba hanya satu kali dikutip dalam Injil Yohanes, yaitu dalam Yohanes 12:38
d. Kisah Para Rasul, tiga perikop dalam kitab ini yang menggunakan kata  “hamba” sebagai penggambaran Yesus (Kis 3:13, 26; 4:27-30) nampaknya memperlihatkan bahwa masyarakat Kristen pertama percaya dengan kuat akan kesamaan Yesus dengan hamba dalam kitab Yesaya itu
e. Paulus, ia menghubungakan kematian Kristus dengan dosa-dosa manusia (1 Kor 15:3), yang persis sama benar dengan hamba yang menderitan(Yes 53)

Anak Manusia
a. Kitab-kitab Injil Sinoptik, dari semua gelar Yesus dalam kitab-kitab Injil Sinoptik,gelar Anak Manusia merupakan gelar yang paling penting dan juga yang paling membingungkan.
Ada lima pengertian yang mungkin untuk menggunakan gelar Anak Manusia:
  1. sebutan-sebutan Anak Manusia dalam setiap kategori mungkin asli, karena itu hal tersebut memperlihatkan pandangan Yesus sendiri mengenai identitasnya-Nya.
  2. semua sebutan Anak Manusia merupakan gelar yang diberikan oleh masyarakat Kristen  dan tidak mencerminkan pandangan Yesus mengenai diri-Nya sendiri.
  3. hanyan sebutan-sebutan Anak Manusia yang mengarah pada masa yang akan datang saja yang dapat dipercaya, tetapi sebutan-sebutan ini mengenai seorang yang bukan Yesus.
  4. hanya sebutan-sebutan Anak Manusia yang ditujukan pada masa yang akan datang saja yang dapat dipercayai, tetapi Yesus mengganggap diri-Nya sebagai Anak Manusia sorgawi yang akan dinyatakan pada penyempurnaan masa kini
  5. sebutan-sebutan Anak Manusia yang mengarah pada kehidupan Yesus di dunia saja yang dapat dipercaya.
Perbedaan-perbedaan pandangan ini biasanya tidak ditentukan oleh penafsiran teks secara ilmiah, tetapi oleh pandangan berbagai ahli mengenai sejarah orang-orang Kristen mula-mula. Istilah “Anak Manusia” yang digunakan Yesus berarti bahwa Ia menunjuk pada diri-Nya sendiri dengan cara yang eksklusif, yaitu Ia saja bukan orang lain di antara manusia. Sebutan-sebutan dikelompokkan kedalam tiga bagian, pertama, mengenai pekerjaan Anak Manusia, kedua, mengenai penderitaan Anak Manusia, ketiga, mengenai pengagungan Anak Manusia yang akan datang.
b. Injil Yohanes
Pernyataan-pernyataan dalam Injil Yohanes kadang-kadang lebih jelas dan nyata daripada Injil-injil Sinoptik, karena ia lebih menekankan segi-segi teologis.
  1. Pernyataan tentang asal dan tujuan Anak manusia
  2. Pernyataan yang memperlihatkan kekuasaan Anak Manusia
  3. Pernyataan-pernyataan yang menubuatkan ditinggikannya Anak Manusia.




TUHAN
a. Kitab-kitab Injil Sinoptik
Sebutan “Kurios” bagi Yesus dalam kitab-kitab Injil Sinoptik sering dimaksudkan sebagai gelar kehormatan, agak mirip dengan sebutan umum ‘Tuan” dalam percakapan modern. Istilah ho Kurios digunakan untuk Yesus hanya setelah kebangkitan-Nya.
b. Tulisan-tulisan Yohanes, mencerminkan pola dasar yang samam yaitu penggunaan gelar kurios itu secara non-teologis sebelum kebangkitan dan secara teologis sesudah kebangkitan
c. Kisah Para Rasul, gelar Tuhan disukai oleh Lukas dalam menceritakan perbuatan-perbuatan dan pengajaran-pengajaran dari jemaat mula-mula.
d. Paulus menghubungkan ketuhanan dengan Yesus. Gelar Tuhan lebih dari sekedar nama yang formal melainkan menyatakan kedaulatan. Jadi dalam pemberitaannya, Paulus mengiakan pengakuan iman yang mula-mula

ANAK ALLAH
a. Latar Belakang
1. Makhluk-makhluk malaikat disebut anak-anak Allah (Kej 6:1-4)
2. Hal ini juga merupakan dasar bagi penggamabran adam sebagai seorang anak Allah (Luk 3;38)
3. Dalam arti khusus, orang-orang Israel disebut anak-anak Allah (Ul 14:1-2)
4. Istilah anak Allah juga dipakai untuk bangsa keseluruhan. (Hos 11:1)
5. Dalam masa PL, gagasan mengenai anak Allah dipakai secara khusus bagi raja yang teokratis (II Sam 7:14)

b. Injil Sinoptik
Pengertian umum mengenai Allah sebagai Bapa ini menyatakan secara tidak langsung bahwa Yeusu adalah Anak Allah, dan hal ini harus dianggap sebagai pendahuluan yang perlu untuk penggunaan gelar tersebut secara khusus. Penggunaan gelar “Anak Allah” bersama dengan “Mesias”. Yesus sadar bahwa Ia adalah Anak Allah.
c. Tulisan-tulisan Yohanes, tujuan penulisan Injil Yohanes dinyatakan secara khusus agar para pembaca dapat percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah, karena itu tidaklah mengherankan bila ditemukan lebih banyak penekanan pada konsep Anak Allah daripada Anak Manusia. Yohanes dengan sengaja memberikan contoh-contoh khusus tentang berbagai orang yang mengakui Yesus sebagai Anak Allah (Yohanes Pembaptis, Natanael, Marta). Yesus memiliki sifat-sifat khusus sebagai Anak Allah seperti kebergantungan Anak kepada Bapa, kasih Bapa kepada Anak, Anak yang berdoa kepada Bapa, Anak menyatakan Bapa, Bapa telah menyerahkan segala sesuatu kepada Anak.
c. Kisah Para Rasul, Paulus memberitahukan bahwa Yesus adalah Mesias (Kis 9:22), yang memperlihatkan perhatiannya pada kepercayaan umum tentang mesias dalam jemaat mula-mul dan tema Anak Allah erat dihubungkan dengan tema itu.
d. Paulus, dalam surat-suratnya gagasana tentang Yesus sebagai Anak Allah memainkan peranan penting dalam penyajian yang menyeluruh tentang Kristus, namun tidak kelihatan adanya usaha Paulus untuk menunjukkan bahwa Yesus adalah Anak Allah. Dimana-mana ia mengganggapnya memang demikian.
e. Ibrani memusatkan perhatian pentingnya Anak Allah.

Gelar-Gelar Kristus Yang Lain

a. Yesus sebagai nabi dan guru, Konsep kenabian tidak memainkan peranan yang penting dalam Kristologi PB karena berbagai alasan
b. Logos dalam Injil Yohanes kadang-kadang dimaksudkan untuk menunjukkan Firman Ilahi mengenai Yesus, namun yang khusus dalam hal ini ialah penggunaan logos dalam pendahuluan dengan arti lebih tekhnis sebagai suatu penunjukan Yesus.

Tanggapan

Dalam pemaparan tentang Kristologi yang memaparkan sesuai dengan pandangan penulis Perjanjian Baru, Guthrie diakhir pembahasannya menyimpulkan bahwa Yesus adalah Allah dan manusia. Ia menjelaskan bahwa pendekatan yang lebih sesuai dan dapat diterapkan adalah pendekatan yang dimulai  dari Anak Allah yang sudah ada sebelum segala sesuatu ada. Jika kita mulai dari atas kita dapat memberi tempat pada penyataan Allah, sedangkan jika kita mulai dari bawah dengan memakai gagasan dari pengalaman kita sendiri yang dikemangkan sesuai dengan pengetahuan kita mengenai manusia, maka agak sulit untuk memberi tempat pada penyataan Allah. Pandangan ini lebih bisa dipertahankan karena dapat mempertahankan kesatuan konsep mengenai Kristologi. Penulis memiliki konsep yang menyetujui bahwa Yesus adalah Allah dan Manusia yang seimbang tidak lebih memberatkan yang satu. Ia menentang pandangan-pandangan yang melakukan pendekatan-pendekatan yang menurutnya tidak bisa diterima.