KERAJAAN ALLAH
(Teologi Perjanjian Baru, oleh Donald Guthrie, Buku
II, Hal 22- 46)
Oleh:
Morris Yosafat Hutabarat
I. PENDAHULUAN
Kerajaan Allah merupakan tema yang menjadi motif untuk menetapkan
batasan-batasan serta memberikan pola bagi pesan yang disampaikan oleh
Injil-Injil. Pengajaran tentang Kerajaan Allah merupakan salah satu pokok utama
misi Kristus di Bumi. Tuhan sebagai Raja menunjukkan bahwa Allah mempunyai
kerajaan dimana Ia sebagai raja yang dalam hal ini Ia sebagai yang berkuasa
atas alam semesta. Pada saat Kristus ada dibumi, Ia memandang pekerjaan-Nya sebagai upaya untuk mengungkapkan kehadiran
kerajaan Allah. Untuk menjelaskan tentang kerajaan Allah kita perlu memahami
bagaimana Penulis Alkitab menjelaskannya.
BAB II
ISI
A. Kitab-Kitab Injil Sinoptik
1. Arti
Kerajaan dalam Perjanjian Baru
Kerajaan Allah berasal dari bahasa Yunani “Basileia” yang memiliki
pengertian kerajaan. Namun istilah ini tidak berarti suatu wilayah pemerintahan seorang raja, melainkan perbuatan atau
aktivitas pemerintahan. Kerajaan Allah
merupakan pemerintahan Allah atas ciptaan-Nya, dimana ia menunjukkan kedaulatan
dan kekuasaan-Nya atas segalanya. Markus memperkenalkan dengan kata-kata,
“…memberitakan Kerajaan Allah…waktunya telah genap, Kerajaan Allah sudah dekat”(Mar
1: 14-15). Matius
menjelaskan, “ Yesuspun berkeliling… dan memberitakan Injil Kerajaan Allah”
(Mat 4:23). Pandangan
pendahuluan Lukas tidak menyebutkan Kerajaan Allah tetapi didalamnya ada
kutipan dari Yesaya mengenai kedatangan
Kerajaan dan menghubungkannya dengan penegasan Yesus, “Hari ini genaplah nas
ini sewaktu kamu mendengarnya’ (Luk 4:21).[1]
Basileia juga berarti bukan hanya sekedar pemerintahan melainkan juga merupakan
anugerah keselamatan yang diberikan Allah kepada manusia.
2. Latar
Belakang Orang Yahudi
Dalam Perjanjian Lama gagasan tentang Kerajaan Allah sudah ada, dan
juga masih akan datang. Ladd menjelaskan bahwa ada dua pengharapan dalam
Yudaisme, yang pertama pengharapan nabi yang memperkirakan bahwa kerajaan itu
akan timbul dari sejarah dan akan diperintah oleh seorang keturunan Daud
seperti kerajaan dunia (Yes 9, 11). Dan yang kedua pengharapan apokalitpis
adanya kerajaan Transedental ( Dan. 7). Ada gerakan dalam
Yudaisme yang berkenaan dengan pendirian Kerajaan Allah, yaitu kaum Zelot.
Mereka adalah golongan orang-orang Yahudi Radikal yang tidak sabar menantikan Allah membawa
kerajaanNya, tetapi ingin mempercepat kedatangan-Nya dengan Pedang. Menurut
Yudaisme, kedatangan kerajaan Allah diharapkan merupakan tindakan Allah untuk
mengalahkan musuh-musuh Israel
yang jahat dan mengumpulkan umat Israel dibawah pemerintahaan Allah
sendiri.[2]
3. Bukti
Tentang Kerajaan Masa Kini
Yesus mengawali pelayanan-Nya dengan memberitakan “waktunya telah
genap; Kerajaan Allah sudah dekat.” Pernyataan ini memberi kesan bahwa dengan
kedatangan Yesus akan ada suatu peristiwa penting akan terjadi, ini jelas
membuktikan bahwa pekerjaan Yesus merupakan perwujuban kerajaan itu. Green
mengutip kata-kata Beasley Murray, “waktu yang telah lama dinantikan itu sekarang
telah tiba dan Kerajaan Allah yang akan mencakup seluruh dunia itu telah
memulai perjalanannya.”[3] Lukas menjelaskan kekinian kerajaan Allah
dengan menyatakan bahwa kerajaan Allah ada diantara kamu (Luk 17:2-21). Sifat
Kekinian Kerajaan bukanlah dimaksudkan secara politis, bukanlah sesuatu yang
dapat kelihatan atau adanya wilayah kekuasaan. Matius menghubungkan kerajaan
Allah dengan pengusiran setan-setan dan memandang kuasa atas roh jahat sebagai
bukti bahwa kerajaan Allah sudah datang (Mat 12: 28). Pemberitaan
Yesus adalah bahwa Allah telah datang ke dalam sejarah manusia dan telah
menang atas kejahatan. Kerajaan Allah kini berarti bahwa Allah sedang bekerja
di antara manusia untuk melepaskan mereka dari belenggu Iblis. Allah sedang
bekerja untuk menyerang Iblis.
4. Bukti
Tentang Kerajaan Masa Depan
Injil sinoptik menjelaskan bahwa Kerajaan Allah bukan hanya kini
tetapi juga Kerajaan Allah masa depan. Yesus dalam pengajaran tentang akhir
zaman berhubungan dengan Kerajaan yang akan datang yang bersifat eskatologis. Yesus
memakai kata-kata, “datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu, “Empunya
kerajaan Surga”, “Hari terakhir”, Sebagai Raja dalam Kerajaan-Nya, “Ia datang
dalam kemuliaan Bapa-Nya.” Ini semua menjelaskan bahwa Kerajaan itu bukan hanya
masa kini tetapi juga masa depan, bahkan masa depanlah yang menjadi wujub nyata
dari kerajaan itu. Ladd menjelaskan bahwa, “Kerajaan Allah adalah pemerintahan
rajani Allah yang terdiri dari dua momentum, yaitu penggenapan janji-janji
Perjanjian lama dalam Misi Yesus secara Historis dan konsumasi pada akhir
zaman, penantian yang akan datang.”[4]
Jadi kerajaan Allah di masa depan adalah penggenapan atau keseluruhan
pemerintahan Allah yang berkuasa dan berdaulat atas segalannya. Yesus
menjelaskan Kerajaan eskatologis dengan mewarisi hidup kekal dan masuk kedalam kerajaan Allah di masa yang
akan datang.
5.
Aspek-aspek Kerajaan
a.
Teosentris.
Secara mendasar kerajaan Allah berarti bahwa Allah merupakan
Penggerak dan pendorng utama, Allah yang bertindak dalam sejarah. Ridderbos
menjelaskan bahwa kerajaan Allah semata-mata berasal dari Allah dan merupakan
penyataan Kemuliaan Allah.
b.
Dinamis
Kerajaan Allah adalah sesuatu yang bersifat aktif yang melibatkan
seluruh pelayanan pekerjaan Yesus (Luk 12:18).
Dalam pengertian selalu
mengalami kemenangan dan dapat mengalahkan si jahat.
c. Sifat
Mesianis
Dalam Kerajaan Allah Peran mesianis Yesus selalu terkait dengan
Kerajaan. Sifat mesianis mejelaskan sifat yang supra nasional dari Dia yang
datang, yang bertindak dalam penghakiman dengan kapak dan penampi pada
tangan-Nya. Mesianis menunjukkan Anak Manusia ada datang sebagai Raja dalam
kerajaan-Nya. (Mar 9:1).
d.
Keselamatan
Dengan datangnya kerajaan-Nya, Allah memperlihatkan diri-Nya
sebagai raja yang aktif menjangkau umat-Nya
untuk menyelamatkan dan menjangkau mereka. Kerajaan Allah sebagai wujub dari
keselamatan bagi orang yang meresponi panggilan Allah untuk masuk dalam
kerajaan Allah. Kedatangan Kerajaan Allah adalah membawa keselamatan bagi umat
manusia dan memiliki hidup kekal bersama dengan Allad dalam Kerajan-Nya.
6. Warga
Kerajaan
Yang berhak menjadi warga Kerajaan adalah orang yang menanggapi
panggilan Allah dan orang yang menyerahkan hidupnya kepada Allah. Yesus
menjelasn orang-orang yang berhak menjadi warga Kerajaan dengan Ucapan Bahagia,
seperti seorang anak kecil (Mar 10:13-16), perumpamaan tentang domba
dan kambing (Mat 25-31-46). Jadi yang menjadi warga kerajaan Allah adalah orang
yang menerima kerajaan itu dengan iman dan hidup sebagai warga kerajaan yang baik.
7.
Rahasia Kerajaan
Rahasia atau misteri kerajaan Allah adalah kedatangan kerajaan dalam
sejarah lebih dahulu dari manifestasi apokaluptisnya. Misteri adalah satu
penyingakapan baru atas maksud Allah untuk mengembangan Kerajaan-Nya. Dalam Injil sinoptik rahasia
Kerajaan itu dijelaskan dalam perumpamaan tentang Kerajaan Allah.
1. Empat
macam tanah
Perumpamaan ini mejelaskan bahwa kerajaan Allah telah datang kedalam
dunia, tapi hanya disambut oleh sebagian orang. Kerajaan hanya berhasil
sebagian sesuai dengan tanggapan manusia.
2.
Lalang
Perumpamaan tentang lalang menyatakan pertumbuhan kerajaan yang
pasti. Kerajaan itu itu hidup di masa kini dan bercampur baur dalam suatu
masyarakat yang berdosa. Hanya kedatangan Kerajaan Eskatologislah yang membuat
adanya pemisahan. (Mat 13)
3. Biji
Sesawi. (Matius 13:31)
Dalam perumpamaan ini dijelaskan bahwa Kerajaan digambarkan dengan
benih yang sangat kecil, namun bertumbuh menjadi pohon yang sangat besar, ini
menunjukkan kepastian tentang tentang
kehadiran kerajaan Allah yang sesungguhnya. Kerajaan Allah akan menjadi tempat
perlindungan bagi orang banyak
4. Ragi.
(Matius 13: 33)
Perumpamaan ini menjelaskan bahwa kerajaan itu telah hadir dengan
kuasa tetapi sangat sedikit orang yang menyadari kehadirannya, namun kerajaan
Allah akan memerintah seluruh dunia. Kerajaan Allah akan bekerja secara
tersembunyi sampai menyebar keseluruh masyarakat
B.
Tulisan-tulisan Yohanes
Dalam injil Yohanes hanya dua
perikop yang menyatakan gagasan tentang Kerajaan Allah. Green menjelaskan bahwa
walaupun Kerajaan Allah hanya mencul dua kali dalam Injil Yohanes, fakta ini
tidak boleh kita jadikan alasan untuk beranggapan bahwa konsep ini bukanlah
sesuatu yang penting, sebaliknya Yohanes menggarisbawahi signifikansi dari
kerajaan Allah sejauh yang dilakukan penulis lainnya. Yohanes memakai istilah
pengganti yaitu “Hidup” atau “hidup yang kekal” untuk mengkomunikasikan ide
yang sama.[5]
Yohanes mencoba menjaskan istilah yang berbeda namun memiliki pengertian yang
sama. Hidup kekal merupakan hal yang ada dalam Kerajaan Allah, sehingga
memperoleh hidup kekal berarti masuk kedalam Kerajaan Allah.
C.
Paulus
Kerajaan Allah bukanlah tema utama dalam surat-surat Paulus, tetapi
gagasan ini muncul tiga belas kali dalam surat-suratnya. Paulus lebih mengarah
kepada syarat-syarat yang ditetapkan untuk memasuki kerajaan itu. Karena
menurut dia Yesus telah menjelaskan arti kerajaan Allah, sehingga setiap orang
sudah mengetahuinya. Paulus menggambarkan kerajaan Allah bukanlah hal-hal
lahiriah seperti soal makanan dan minuman (Rom14:17), melainkan damai
sejahtera. Paulus menjelaskan bahwa Kerajaan dirancang bagi orang-orang yang
murni secara moral (I Kor 6:11).
Paulus juga memiliki pemahaman bahwa kerajaan Allah juga menunjuk masa depan (I
Tes 1:5).
D.
Bagian-Bagian Dari Perjanjian Baru
1. Surat Ibrani menghimbau agar pembaca
bersyukur karena mereka telah menerima kerajaan yang tidak tergocangkan. Ini
menyatakan pengalaman masa
kini dan pengharapan masa depan. (Ibr 12:28)
2. Surat Yakobus menyebutkan orang-orang yang
kaya dalam iman yang menjadi ahli waris. (Yak 2:5)
3. II Pet 1:11
memuat tentang hak penuh untuk memasuki kerajaan Kekal.
4. Wahyu memuat banyak mengenai kerajaan.
þ Warga kerajaan, yaitu mereka yang telah dibebaskan dari dosa oleh
darah-Nya.
þ Pemberitaan Tentang Kerajaan Allah yang dinyatakan dengan suatu
suara sorgawi (Wah 12:10)
þ Yerusalem baru sebagai pusat dari Kerajaan dan tahta Allah dan Anak
Domba (Wah 22:1).
þ Tentang pemerintahan yang dipegang oleh Tuhan dan Dia yang
diurapi-Nya (Wah 11:15)
BAB III
KESIMPULAN
Semua penulis dalam Perjanjian Baru sepakat bahwa Kerajaan Allah
bukanlah hal jasmani, tetapi lebih merupakan pemerintahan, kedaulatan dan
kekuasaan Allah atas semuanya. Dan kerajaan Allah bersifat kekinian dan masa
akan datang. Masa kini digenapi seluruhnya di masa akan datang. Kerajaan Allah
sudah datang dan akan datang.
Daftar
Pustaka
Guthrie,
Donald. Teologi Perjanjian Baru, 3 Jilid. Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1995
George
Eldon Ladd, Teologi Perjanjian Baru, 3 Jilis. Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2002
Joel B.
Green, Memahami Injil-Injil dan Kisah Para Rasul. Jakarta : Persekutuan Pembaca Alkaitab, 2005
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar